Masyarakat Indonesia diminta untuk menghormati almarhum pejuang Hak Asasi Manusia Munir Said Thalib (1965 – 2004) dengan menolak segala bentuk kekerasan atas nama agama.
“Dalam penghormatan kami pada Munir, seraya menanti pengungkapan kasus pembunuhan dirinya, kami warga negara Indonesia ’Lintas Iman’ meminta masyarakat Indonesia untuk menolak segala bentuk kekerasan atas nama agama,” tulis siaran pers Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lintas Iman di Jakarta, Minggu.
Lintas Iman adalah aliansi dari 24 LSM, di antaranya adalah Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindakan Kekerasan (Kontras), The Wahid Institute, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin.
Siaran pers tersebut menulis bahwa delapan tahun sejak pembunuhan Munir, kekerasan atas nama agama semakin banyak terjadi di Indonesia, dengan mencontohkan kasus penyerangan warga Islam Syiah di Sampang dan jamaah Ahmadiyah di Cikeusik.
“Anehnya, meskipun kekerasan agama semakin banyak, penguasa negara menciptakan kesan bahwa segalanya baik-baik saja di Indonesia dalam konteks perlindungan hak setiap warga negaranya untuk beragama, berkeyakinan dan beribadah,” tulis siaran pers tersebut.
Menurut kelompok Lintas Iman, kasus-kasus diskriminasi dan intimidasi serta intoleransi karena perbedaan agama juga terjadi pada penganut kepercayaan asli suku-suku di Indonesia yang masih tidak diperkenankan untuk menyatakan identitas keagamaannya dan melaksanakan peribadatan sesuai dengan apa yang mereka yakini.
“Kasus lain adalah jemaat GKI Yasmin di Kota Bogor yang masih dilarang beribadah di gereja mereka masing-masing yang sah, yang bahkan telah diperkuat dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap,” tulis kelompok Lintas Iman.
Namun di tengah banyaknya kasus-kasus diskriminasi dan kekerasan tersebut, kelompok Lintas Iman berpendapat bahwa “klaim sepihak negera melindungi segenap warga negaranya tanpa perbedaan agama dan keyakinan, terus dikumandangkan”.
Dalam pandangan kelompok Lintas Iman, salah satu pelajaran dari Munir adalah keberanian untuk mengungkap “di balik permadani indah yang sengaja diletakkan penguasa untuk menutupi kejahatan”.
“Yang membuat Munir luar biasa adalah keberaniannya untuk menjadi juru bicara dari mereka yang disisihkan dan dibungkam, juru bicara bagi mereka yang tak berani bersuara,” kata kelompok Lintas Iman.
Untuk menghormati semangat Munir tersebut, kelompok Lintas Iman menyerukan agar pemerintah dan penegak hukum agar mengadili para pelaku kekerasan atas nama agama, selain tentu saja mengungkap tuntas kasus pembunuhan Munir.