BAGI banyak orang, kematian itu menakutkan. Mereka memahami kematian sebagai akhir dari segalanya. Karena kematian, orang tidak lagi dapat berbuat apa-apa. Namanya pun tidak dikenang lagi. Mati berarti selesai.
Sabda Tuhan (Yehezkiel 37: 12-14 dan Yohanes 11: 1-45) mewartakan bahwa kematian itu bukan akhir. Tuhan menunjukkan kuasa-Nya atas kematian.
“Akulah TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali.” (Yehezkiel 37: 13-14).
Yang Tuhan firmankan sungguh dilaksanakan (Yehezkiel 37: 14). Tuhan Yesus menunjukkan hal itu dalam yang dilakukan-Nya terhadap Lazarus (Yohanes 11: 43). Dia meminta supaya kain-kain yang membungkus badan Lazarus dibuka dan membiarkan dia pergi (Yohanes 11: 44). Dia menghidupkan dan membebaskan.
Dengan demikian Yesus menyatakan kuasa-Nya atas kematian. Di hadapan-Nya, penyakit tidak berakhir pada kematian. “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” (Yohanes 11: 4).
Dia juga bersabda kepada Marta bahwa Lazarus saudaranya akan bangkit (Yohanes 11: 23). Marta percaya akan hal itu seperti semua orang bahwa saudaranya akan bangkit pada akhir zaman (Yohanes 11: 24).
Namun, orang yang percaya akan Yesus tidak akan mati, karena Yesus itu kebangkitan dan hidup (Yohanes 11: 25). Di dalam Dia, kematian itu menampakkan kemuliaan Allah (Yohanes 11: 40) dan sarana untuk membuat orang menjadi percaya (Yohanes 11: 15.26).
Peristiwa membangkitkan Lazarus menegaskan bahwa penyakit tidak berakhir pada kematian. Demikian pula penderitaan-Nya di kayu salib tidak berujung pada kematian, melainkan pada kebangkitan. Dalam diri Yesus dan orang-orang yang percaya kepada-Nya, kematian bukan akhir, tetapi kematian sudah berakhir. Percayakah orang akan hal ini?
Minggu Prapaskah V, 26 Maret 2023