Senin. Oktaf Paskah I (P)
- Kis.2:14.22-32
- Mzm.16:1-2a.5.7-8.9-10.11
- Mat.28:8-15
Lectio
8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. 9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: “Salam bagimu.” Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. 10 Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”
11 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. 12 Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu
13 dan berkata: “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. 14 Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.”
15 Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Meditatio-Exegese
Jangan takut
Santo Matius mengisahkan peristiwa kebangkitan dalam bahasa simbolik, yang menyingkapkan makna tersembunyi peristiwa itu. Diungkapkan tentang gempa bumi, kilat dan malaikat yang mewartakan kemenangan Yesus atas kematian (Mat. 28:2-6).
Ungkapan-ungkapan itu sangat umum dimengerti umat dalam sastra tentang akhir jaman untuk menyingkapkan bahwa akhirnya semesta diubah oleh kuasa Allah. Saat itulah, harapan kaum miskin, yang tetap mengimani-Nya, terpenuhi: “Ia hidup dan tinggal di antara kita.”
Pada hari Minggu, hari pertama minggu itu, dua perempuan, Maria dari Magdala dan Maria ibu Yakobus, sering disebut Maria yang lain, pergi untuk menengok kubur Yesus. Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh gempa bumi yang hebat dan malaikat menampakkan diri seperti kilat.
Prajurit yang dibayar untuk menjaga makam begitu terguncang jiwanya, seperti mati. Kedua perempuan itu begitu ketakutan. Kemudian, malaikat itu menenangkan dan menguatkan hati mereka berdua.
Pada mereka malaikat itu menyampaikan warta bahwa Yesus telah mengalahkan maut dan mengutus mereka untuk memberi tahu para murid supaya menyusul-Nya ke Galilea. Di sanalah mereka akan bertemu kembali dengan-Nya.
Segala sesuatu dimulai saat mereka menerima penyingkapan akan Tuhan yang bangkit. Suka cita akan kebangkitan mengalahkan rasa takut. Maka, pewartaan akan hidup dan kebangkitan dimulai warta bahwa Ia telah bangkit.
Dalam perjalanan pulang ke tempat para rasul tinggal (Mat. 26:18), perasaan Maria Magdalena dan Maria yang lain sangat tergoncang. Mereka bertanya-tanya akan kebenaran warta Malaikat, walau warta itu sebenarnya adalah suka cita. Dan mereka harus menyampaikan pula kepada para rasul.
Inilah warta dari Malaikat, “Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia.” (Mat. 28:6-7).
Namun, di tengah perjalanan, mereka dikejutkan oleh kehadiran Yesus yang telah bangkit. Mereka segera mengenali-Nya dari suara dan sabda-Nya, “Salam bagimu.” Suara-Nya yang mereka kenal, karena mereka mengenal-Nya (Yoh. 10:4).
Relasi yang mesra disingkapkan seperti relasi mesra antara Sang Gembala dan domba (Yoh. 10:14), “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.”, Ego sum pastor bonus et cognosco meas, et cognoscunt me meae.”
Segera para perempuan itu mendekati, memeluk dan menyembah-Nya. Tindakan mereka seperti tindakan yang dilakukan para budak ketika mendapati tuan mereka datang. Inilah tindakan iman, dalam hening, menyerahkan diri dan siap melayani Sang Pangeran Kebangkitan.
Selanjutnya, Yesus mengulang pesan malaikat yang dijumpai mereka di kubur untuk menguatkan hati mereka. Selalu Ia menguatkan hati dan meminta mereka membuang rasa gentar dan takut.
Sabda-Nya (Mat 28:10), ”Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”, Nolite timere; ite, nuntiate fratribus meis, ut eant in Galilaeam et ibi me videbunt.
Yesus berjanji untuk bertemu dengan para murid-Nya di Galilea. Santo Matius memiliki dua alasan. Pertama, Mesias hadir dari daerah yang tidak dikenal atau dikenal sebagai tanah asing bagi para pemuka agama Yahudi.
Ia juga menjadi Terang bagi orang-orang yang disingkirkan, sakit, cacat, ditindas, karena Kerajaan Allah diperuntukkan bagi mereka yang miskin di hadapan Allah (Mat. 1:5).
Maka Yesus pertama kali menampakkan diri kepada para perempuan, karena bagi orang Yahudi kesaksian mereka dianggap tidak layak. Para perempuan itu melambangkan mereka yang disingkirkan, sakit, cacat, ditindas, dan yang miskin di hadapan Allah.
Alasan terakhir, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain (Mat. 4:15) menjadi tujuan pertama tugas perutusan-Nya. Ia memenuhi nubuat Nabi Yesaya, “Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, — bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang” (Mat. 4:15-16; bdk. Yes. 8:23-9:1).
Di Galilea Ia mempersiapkan para murid-Nya untuk mewartakan Kabar Sukacita ke seluruh penjuru dunia, kepada setiap makhluk (Mat. 28:18-20; Mrk. 16:15).
Murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur
Para musuh tetap mencari cara bagaimana membungkam pewartaan Kabar Suka Cita bahwa Yesus, yang disalibkan itu, bangkit pada hari ketiga. Mereka menggunakan segala macam cara, termasuk menyuap dan bersaksi dusta, agar warta itu mati.
Salah satu penyesatan yang mereka lakukan adalah tuduhan bahwa para murid Yesus sendiri mencuri jenazah-Nya. Senyatanya, tuduhan palsu ini sulit diterima akal sehat, karena prajurit Romawi terkenal dalam sikap disiplin dalam tugas.
Penghambatan pewartaan Kabar Sukacita tidak pernah berhenti sejak dahulu sampai hari ini, usque in hodiernum diem.
Katekese
Menjadi alat belas kasih Allah. Paus Fransiskus, 17 Desember 1936:
“Keinginan dekat kepada Kristus menuntut kita dekat kepada saudara-saudari kita, karena tidak ada yang lebih berkenan kepada Bapa selain tanda nyata belas kasih. Dari kodratnya sendiri, belas kasih menjadi terlihat dan nyata dalam tindakan-tindakan yang khas. Sekali belas kasih sungguh dialami, tidak mungkin kembali lagi.
Pengalaman ini selalu berkembang dan mengubah hidup kita, serta merupakan ciptaan baru yang autentik: membawa hati baru, mampu mengasihi sepenuh-penuhnya, dan menjernihkan mata kita untuk melihat kebutuhan-kebutuhan yang tersembunyi.
Betapa benar kata-kata doa Gereja pada Malam Paskah, setelah pembacaan kisah penciptaan: “Allah, Engkau telah menciptakan manusia secara mengagumkan, dan lebih mengagumkan lagi karya penebusan-Mu dalam diri kami.” (Misale Romawi, Malam Paskah, Doa sesudah Bacaan I).
Kerahiman memperbarui dan menebus karena merupakan perjumpaan antara dua hati: hati Allah yang datang menjumpai kita dan hati manusia. Hati manusia dihangatkan dan disembuhkan oleh hati Allah. Hati kita yang keras menjadi hati yang lembut (bdk. Yeh. 36:26), mampu mengasihi meski kita berdosa.
Saya menjadi sadar bahwa saya sungguh-sungguh “ciptaan baru” (Gal. 6:15): saya dikasihi, maka saya ada; saya diampuni, maka saya lahir kembali; saya telah ditunjukkan belas kasih, maka saya menjadi alat belas
kasih.” (Surat Apostolik, Belas Kasih dan Penderitaan, Misericordia et Misera, 16)
Oratio-Missio
Tuhan, semoga aku selalu hidup dalam suka cita dan berharap akan kebangkitan. Semoga aku senantiasa tak pernah kehilangan kebenaran yang menjadi pedoman hidupku. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk tetap setia menjadi saksi kebangkitanNya?
Nolite timere; ite, nuntiate fratribus meis, ut eant in Galilaeam et ibi me videbunt – Matthaeum 28:10