Sr. Sutyas HK: Usai Tandatangani Surat Izin Masuk Biara, Ayah Meninggal Kecelakaan (1)

0
152 views
Sr. Godeliva Sutyas HK, bahagia menjadi guru TK. (Mathias Hariyadi)

BETAPA pedih hati Sr. Godeliva Sutyas HK di tahun 1971.

Saat usia masih muda belia umur 21 tahun, ayahnya meninggal dunia. Sangat mendadak. Karena ia mengalami kecelakaan lalu lintas. Ditabrak di bilangan Jembatan Sungai Pabelan, Muntilan, Jateng.

Saat dalam perjalanan menuju Mungkid untuk mengajar. “Ayah kerja sebagai guru,” kenang Sr. Sutyas HK asal Paroki Muntilan, Jateng.

“Terjadi sesaat setelah bapak berkenan menandatangani surat izin saya boleh masuk biara,” tambahnya.

Antara ya dan tidak

Peristiwa kematian ayah kandungnya itu dia rasakan sebagai “cobaan” sangat berat. Menjadikan dia ragu-ragu. Ini jadi masuk biara atau tidak. Antara ya dan tidak.

“Namun, akhirnya saya berani memutuskan berangkat ke Lampung. Sekalipun peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa bapak itu masih mengiang-iang di kepala,” tutur Sr. Sutyas menjawab Ping dari Titch TV di griya kasepuhan Panti Wredha Griya Nugraha Lampung – tempatnya kini menikmati masa pensiun dari tugas karya.

Ia akhirnya rela pergi meninggalkan “tanahairnya” di Muntilan saat paroki yang sering disebut “Nazareth van Java” ini dipimpin oleh Romo Woekens SJ.

Berrsama teman seangkatan dan Magistra Novis Sr. Adriana HK di Novisiat Metro, Lampung, tahun 1971. Searah jarum jam: Sr. Sriyani HK, Pemimpin Novis Sr. Marie Adriana Komen HK, Alm. Sr. Widaryati HK, Sr. Sutyas HK. (Dok. Sr. Sriyani HK)

Disambut oleh Sr. Adriana HK, misionaris dari Belanda

Sr. Sutyas HK berhasil sampai dan tiba di Pelabuhan Panjang di Tanjungkarang, Lampung, usai menempuh perjalanan naik kapal selama enam jam dari Merak.

Ia langsung bertolak menuju Telukbetung dan kemudian ke Metro. Di sini bersama teman calon Postulan HK, ia disambut hangat oleh Moeder Sr. Adriana HK, seorang suster misionaris dari Negeri Belanda.

Saat itu, Sr. Adriana HK tugas menjadi Pemimpin Postulat-Novisiat HK di Metro.

Juga mendapat sapaan hangat dari Sr. Moeder Consolatrix HK, Provinsial Kongregasi Suster-suster Belas Kasih dari Hati Kudus Yesus yang Mahakudus.

“Itu foto beliau bersama Muder Sr. Consolatrix HK yang waktu itu menjadi Provinsial HK,” terang Sr. Sutyas HK sembari menunjukkan foto kedua suster misionaris Belanda yang kini keduanya sudah almarhum.

Teman angkatan Postulat-Novisiat HK di Metro tahun 1971 adalah nama-nama berikut ini.

  • Siti Mulyaningsih yang kemudian mengundurkan diri setelah delapan menjadi Postulan.
  • Anastasia Sri Widaryati.
  • Sr. Maria Magdalena Sriyani HK, pernah menjadi PU dan kini tugas di Kuwera Yogyakarta.
  • Cornelia Ponirah yang mengundurkan diri setelah satu bulan menjadi Postulan.

Bahagia menjadi guru TK

Selepas mengucapkan profesi pertama, Sr. Sutyas HK mengampu karya sebagai guru dan rumahtangga di berbagai tempat.

Empat kali bertugas di Palembang di dua lokasi berbeda. Juga pernah di Jalan Kuwera Yogyakarta, Metro, Telukbetung.

Saat paling membahagiakan hidupnya adalah ketika tugas mengabdi sebagai guru dan pendidik untuk anak-anak PAUD di kelas TK di Palembang.

“Anak-anak TK itu lucu-lucu dan polos. Awalnya takut-takut. Namun setelah kenal, mereka jadi akrab dengan suster dan bahkan sering kali malah menolak diajak pulang. Sekolah jadi rumah kedua bagi mereka,” tutur Sr. Sutyas HK dengan sumringah.

Tanda bahwa ia sangat mencintai profesinya sebagai guru dan pendidik.

Sebelum masuk usia pensiun dari tugas karya, Sr. Sutyas HK sempat tinggal di Sekincau – kawasan perbukitan yang hawanya dingin. “Di sana saya ngurusin kebun kopi dan lainnya,” tuturnya senang mengenang tinggal di wilayah sejuk. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here