Bacaan 1: Kis 14:19-28
Injil: Yoh 14:27-31a
Kehidupan di dunia memang banyak ketidakpastian. Ada keberhasilan dan kegagalan, ada kegembiraan dan kesedihan, ada keberanian namun tak jarang muncul ketakutan dan kegelisahan semuanya bisa datang silih berganti.
Seorang teman ‘curhat’ bahwa ia sudah tidak tahan menjadi katolik. Saat itu kehidupannya betul-betul terpuruk bahkan untuk makan saja harus minta kepada teman-teman yang masih mau peduli kepadanya.
Beberapa kali datang ke umat minta bantuan untuk anak-anak sekolah bahkan datang ke romo di gereja namun tak ada yang peduli.
Ia merasa sia-sia menjadi katolik karena tidak ada peduli kepadanya.
Sebagai teman, selain membantu sebisanya maka saya juga mencoba memberikan kekuatan iman. Agar tetap teguh dalam iman, sebab Kristus sendiri tidak menjanjikan hidup yang enak di dunia. Namun Tuhan Yesus menjanjijkan kehidupan sejahtera penuh sukacita di surga.
Rasul Paulus sebelum menjadi pewarta adalah ‘orang kuat’ dalam komunitas Yahudi. Ia ‘memberi persetujuan’ saat pembunuhan Stefanus, gemar menganiaya dan menangkapi pengikut Kristus untuk dipenjarakan.
Namun setelah ‘ditangkap’ Tuhan Yesus dan di-transformasikan menjadi pewarta justru ia banyak mengalami penganiayaan dan dipenjara. Suatu kondisi yang berbanding terbalik dengan kehidupan sebelumnya.
Bersama Barnabas, mereka dilempari batu hingga hampir meninggal. Namun tidak menyurutkan nyalinya untuk tetap melaksanakan tugas pewartaan injil kepada bangsa-bangsa non Yahudi di Asia.
Mereka tidak dendam dan justru kembali ke Listra untuk melanjutkan pewartaannya.
Rasul Paulus sadar bahwa ia hanya bisa berserah pada tuntunan Roh Kudus kemana harus pergi dan mewartakan injil. Meski penganiayaan dan penjara selalu menghampirinya.
Saat kembali ke Antiokhia Syria, dengan penuh semangat menceritakan kepada jemaat disitu. Bahwa,
Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman.
Dalam amanat perpisahan-Nya, Tuhan Yesus tentu tahu apa yang sangat dibutuhkan para murid, yaitu damai sejahtera. Tuhan mempersiapkan mental dan hati para murid dengan bersabda:
“Damai sejahtera-Ku Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu!”
Peneguhan-Nya itu tentu sangat memberi ketenangan bagi siapa saja saat hidup terpuruk.
Pesan hari ini
Dalam kehidupan serta pelayanan rohani, kita pun sering menghadapi kesulitan, cacian, fitnah, penolakan dan iri hati. Maka perlunya kegigihan serta kepasrahan diri pada-Nya untuk melewati semuanya itu.
Tetap teguh dalam iman Kristus.
“Anugerah-Ku cukup bagimu, apabila engkau lemah, kuasa-Ku menjadi sempurna di dalam engkau.”