Puncta 11.05.23
Kamis Paskah V
Yohanes 15: 9-11
PERSOALAN orang muda tidak terletak pada diri mereka sendiri. Sering kali masalah-masalah mereka bersumber pada kehidupan orangtua di rumah.
Pasangan suami isteri yang sering bermasalah akan mempengaruhi perkembangan psikologis anak-anaknya.
Hal ini disadari oleh Pastor Gabriel Calvo Pr di Barcelona Spanyol. Bersama sepasang suami istri Katolik, Pastor Calvo membaktikan diri bagi pembinaan hidup pasutri.
Mereka berpandangan, jika orangtua mengalami cinta yang sehat dan meluap, pastilah anak-anak juga akan mendapatkan kasih yang baik dan sehat.
Pastor Calvo membuat program weekend bagi pasutri di Barcelona pada tahun 1962. Gerakan ini kemudian menyebar ke Amerika latin.
Dalam Bahasa Spanyol, gerakan pendampingan pasutri ini disebut Encuentro Canyugal.
Tahun 1967, makin banyak pasutri yang mengikuti weekend ini karena sangat berguna bagi pembinaan keluarga. Pada tahun itu gerakan ini menyebar di Amerika dengan nama Marriage Encounter.
Pater Chuck Gallagher memperdalam gerakan ini menjadi mendunia sehingga pada tahun 1974 terbentuklah Worldwide Marriage Encounter.
Setahun kemudian gerakan ini sampai ke Indonesia berkat Mgr. Leo Soekoto yang mengundang tim dari Belgia untuk memberikan weekend ME di Puncak, Bogor pada Juli 1975 yang diikuti oleh 9 pasutri, 2 suster dan 2 imam termasuk monsinyur sendiri.
Visi Pastor Gabriel Calvo mendampingi para pasutri termaktup dalam sabda Yesus, “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu. Tinggallah di dalam kasih-Ku itu.” secara singkat dikatakan, “Love one another, as I have loved you.”
Cinta pasutri itu bukan hanya berdasarkan cinta naluriah manusiawi belaka, tetapi cinta yang ilahi karena sumbernya adalah Kristus yang telah mengasihi kita.
Kasih Kristus adalah tanda kesetiaan kepada kehendak Allah. Maka kasih suami isteri juga menunjukkan kesetiaan kepada Allah yang telah lebih dahulu mengasihi kita dalam Kristus, Putera-Nya.
Apakah kalau sudah menikah tidak akan ada masalah? Tidak, masalah pasutri pasti akan selalu ada. Tetapi bagaimana kita menyikapinya, kita bisa kembali pada relasi Kristus dengan Bapa.
Sebagaimana Kristus telah mengasihi kita sampai wafat di salib, demikian juga hendaknya kita saling mengasihi satu sama lain.
Dengan mendasarkan cinta Kristus itu, para pasutri diharapkan lebih mengasihi satu sama lain.
Seperti kasih Kristus yang mau berkurban, demikian pula suami istri hendaknya saling mengasihi dengan saling berkorban satu sama lain.
Kasih Tuhan seperti sinar matahari,
Ia hanya memberi tak harap kembali.
Kasih Kristus dasar cinta suami istri,
Mari kita saling mengorbankan diri.
Cawas, as I have loved you….