Sejarah Terbentuknya Komunitas SFIC Maria Stella Maris PT Erna Kayu Tunu (1)

0
292 views
SD PT Erna Kayu Tunu Kapuas Sanggau, Kalbar (Mathias Hariyadi)

PROYEK SD Erna Kayu Tunu dimulai tanggal 20 Juli 1992.

Inilah asal mulanya Kongregasi Suster SFIC bisa “mendarat” di lokasi PT Erna Kayu Tunu, Keuskupan Sanggau, Kalbar.

Pada tanggal 1 April tahun 1992, Dewan Pimpinan Provinsi Indonesia menulis surat kepada Dewan Pimpinan General (DPG) di Veghel, Negeri Belanda. Surat itu berbunyi demikian.

Surat Pimpinan Provinsi kepada Dewan Pimpinan General

Beberapa waktu yang lalu, Bapak Uskup Keuskupan Sanggau Mgr. Giulio Mencuccini CP minta Kongregasi SFIC bisa bekerja di Rawak. Izin DPG sudah kami peroleh, tetapi sampai sekarang belum bisa direalisasikan. Kini, Bapak Uskup minta suatu hal yang juga mendesak yaitu rencana PT Erna Perkayuan di Sei Kapuas agak ke wilayah hulunya.”

Permohonan urgen itu adalah Kongregasi SFIC diharapkan bisa mengelola SD; mulai tahun ajaran 1992-1993.

Dua suster Kongregasi SFIC Sr. Maria Seba dan Sr. Laura berangkat meninggalkan kawasan kompleks PT Erma di kawasam pedalaman Sungai Kapuas menuju dermaga di pinggiran Sungai Kapuas. (Mathias Hariyadi)

200-an keluarga

Di kompleks pabrik perkayuan yang besar itu ada 200 keluarga; ratusan orang muda menjadi karyawan PT Erna. Mereka tinggal di asrama-asrama. Saat itu tidak ada sekolah. Akibatnya, banyak anak mau tak mau menyeberangi Sungai Kapuas bersekolah di sana. Ada gedung sekolah, tetapi milik negeri.

Pastor Agustinus Agus, imam diosesan Keuskupan Sanggau (saat ini Uskup Keuskupan Agung Pontianak – Red.) juga  berkeinginan agar sekolah itu bisa bernaung di bawah yayasan Katolik. Dari pihak perusahaan, PT Erna menyatakan kesediaannya menyediakan rumah dan memberikan subsidi untuk kepala sekolahnya. Mereka akan segera membentuk panitia untuk membuka sekolah. Pastilah pemerintah akan cepat memberi izin.

Bapak Uskup Mgr. Giulio Mencuccini CP akhirnya minta Kongregasi SFIC dan kedua belah pihak akhirnya setuju mendahulukan layanan sekolah daripada memuulai misi di Rawak.

Akhirnya pada tanggal 27 Maret 1992, pimpinan SFIC Provinsi Indonesia dalam rapatnya menyetujui mendahulukan permohonan membuka karya baru bidang pendidikan di wilayah kerja PT Erna Kayu Tunu.

Bersama ini kami mohon persetujuan Pemimpin General dan Dewan Penasihatnya untuk mulai mengelola SD Erna”

Dewan Pimpinan General SFIC berterimakasih kepada SFIC Provinsi Indonesia yang telah bersedia meringankan penderitaan orang kecil. Mengingat urgensi pendidikan anak-anak di lokasi tersebut.

Setelah dipertimbangkan dalam rapat Pemimpin General dengan persetujuan Dewan Penasihatnya, maka akhirnya disetujui permohonan Pemimpin Provinsi SFIC Indonesia bersedia menerima permintaam Bapak Uskup Sanggau Keuskupan Sanggau.

Suasana kompleks Perumahan PT Erna di kawasan hulu Sungai Kapuas, Sanggau, Kalbar. (Mathias Hariyadi)

Sejarah awal SD PT Erna

SD Swasta Erna Kayu Tunu didirikan oleh perusahaan PT Erna, namun pengelolaannya dimintakan kepada Keuskupan Sanggau. SD Erna sesungguhnya bernaung di bawah Yayasan Karya Keuskupan Sanggau.

Pada tahun 1992, Kongregasi SFIC Provinsi Indonesia diminta Uskup Keuskupan Sanggau dan Pastor Agustinus Agus Pr (Vikaris Jenderal Keuskupan Sanggau saat itu) untuk berkarya di sekolah dasar milik perusahaan Erna Djuliawati di Kayu Tunu. Lokasi tepatnya di wilayah hilir Kota Sanggau Kapuas. Letak perusahaan itu sekitar 60 menit naik kapal bermotor atau naik speedboat sekitar 20 menit dari Kota Sanggau.

Tujuan misi di wilayah PT Erna adalah mengelola pendidikan sekolah, mendidik dan membina anak-anak keluarga karyawan perusahaan pada umumnya; secara khusus juga keluarga-keluarga Katolik yang bekerja di PT Perkayuan Erna Djuliawati.

Memulai karya pendidikan di SD Erna

Pertama pastoral partial. Kedua kunjungan pastoral kepada umat di kampung. Ketiga merawat kebersihan gedung gereja dan semua peralatan gereja untuk perayaan ekaristi dan ibadat.

Kawasan PT Erna Djuliawati Kayu Tunu ini termasuk wilayah reksa pastoral Paroki Sanggau di mana terdapat sekitar 300 keluarga Katolik saat itu. Mengingat misi Gereja Katolik pada umumnya dan khususnya Paroki Sanggau, maka Kongregasi SFIC Provinsi Indonesia bersedia memenuhi permintaan Keuskupan Sanggau.

Kompleks Persekolahan di kawasan permukiman PT Erna di wilayah hulu Sungai Kapuas, Sanggau, Kalbar. (Mathias Hariyadi)

Maka, para suster diharapkan tidak hanya bertugas di sekolah, tetapi  juga menjalankan kegiatan pastoral bagi golongan karyawan yang boleh dikatakan “miskin” dalam banyak aspek; menjadi  pelayan gereja dengan memperhatikan umat Katolik atau karyawan di sana.

Tanggal 8 April 1992. Pemimpin Provinsi Indonesia waktu itu Sr. Jeanne Marie SFIC bersama Sr. Gerda SFIC (anggota Dewan Penasihat Provinsi) dan Pastor Agustinus Agus Pr datang meninjau lokasi PT Erna. Gedung sekolah SD sudah didirikan oleh perusahaan dan mereka ingin sekolah itu nantinya berada di bawah naungan yayasan Katolik.

Jawaban Kongregasi SFIC Provinsi Indonesia diberikan tanggal 29 April 1992. Isinya menyetujui permintaan Bapak Uskup Keuskupan Sanggau untuk melayani wilayah PT Erna Djuliawati Kayu Tunu. Dengan demikian, Kongregasi SFIC menghadirkan diri di sana lewat karya pendidikan SD yang sepenuhnya diserahkan kepada kebijakan para suster SFIC.

Karyawan di wilayah PT Erna ini tidak hanya berasal dari Kalbar, tetapi  datang dari seluruh tempat, termasuk luar Kalbar; maka kawasan PT Erna juga merupakan tempat pertemuan dari berbagai agama; juga umat Katolik dari daerah-daerah di luar Keuskupan Sanggau.

Gereja Katolik di kawasan permukiman PT Erna di wilayah hulu Sungai Kapuas, Kalbar. (Mathias Hariyadi)

Dua suster perintis karya di PT Erna hulu Kapuas

Pada awalnya,  hanya ada dua tenaga suster yang diutus memulai misi tersebut, yaitu Sr. Susana SFIC dan Sr. Lusia SFIC. Mereka berdua menjadi perintis proyek karya SD Erna. Karena hanya ada dua suster, maka keduanya menjadi bagian Komunitas Maria Portiuncula Sanggau.

Pihak perusahaan memberi setiap keluarga atau karyawan PT Erna satu unit mess terbuat dari kayu-kayu gelondongan.  Karena perusahaan itu memang memproduksi papan tripleks dari kayu gelondongan. Sedangkan kepada suster diberikan dua unit mess karyawan di tengah asrama karyawan; lokasinya berada di tengah hiruk pikuk perumahan karyawan perusahaan.

Di tahun ajaran baru akan dibuka kelas 1 sampai dengan kelas 3. Anak-anak karyawan yang bersekolah di SD Kayu Tunu (seberang Sungai Kapuas) akan ditarik semua agar kemudian bisa bersekolah di SD Erna.

  • 17 Juli 1992: Suster Theresia dan Suster Jeanne Marie  berhasil datang berkunjung ke SD Erna, tepatnya tanggal 17 Juli 1992. Mereka menginap di Komunitas Suster Maria Portiuncula Kota Sanggau.
  • 18 Juli 1992: Sr. Jeanne Marie membicarakan perumahan guru-guru dan buku-buku pelajaran bersama Pastor Agustinus Agus.
  • 20 Juli 1992: Pembukaan Tahun Ajaran Baru. Suster Jeanne Marie, Suster Susana dan Suster Lusia serta Ibu Lutina Yuliana sudah siap mengajar di SD Erna.
  • Saat itu, Suster Lucia menjadi guru kelas 1 dan Ibu Yuliana Lutin mengajar kelas 2.
  • Tahun 1992 ada empat guru. Suster Susana Christina jadi kepala sekolah sekaligus guru kelas. Lainnya adalah Sr. Lusia Sariyani, Bu Yuliana, dan Pak Suhardi.
  • Sr. Susana dan Sr. Jeanne Marie tinggal beberapa saat saja di sana sampai urusan dengan orangtua yang mengurus perpindahan anaknya ke SD tersebut selesai.
  • 20 Agustus 1992: berlangsung rapat bersama guru untuk pembagian tugas mengajar.
  • 14 September 1992: Bergabunglah Bu Marsiana yang mulai mengajar di SD Erna tanggal 28 September. Kepala Sekolah saat itu adalah Sr. Susana Kristina SFIC.
Papan kalender pendidikan di Persekolahan PT Erna Kayu Tunu, kawasan hulu Sungai Kapuas, Sanggau, Kalbar. (Mathias Hariyadi)

Membentuk komunitas baru

Pada awalnya, kedua suster yang berkarya di wilayah PT Erna  belum membentuk suatu komunitas; masih termasuk anggota komunitas Maria Portiuncula Kota Sanggau. Sehingga setiap  akhir pekan mereka diharapkan dapat bergabung dengan komunitasnya di Sanggau.

Namun keperluan pastoral umat di lokasi perusahaan juga tidak selalu memungkinkan rencana untuk suster kembali atau pulang ke Komunitas Sanggau. Apalagi kalau kedua suster sudah sibuk bahkan sampai sore. Perlu juga waktu istirahat dan mengurus rumahtangga yang tempatnya sangat sederhana seperti rumah para karyawan.

Hidup sederhana dengan peralatan terbatas

Pada permulaannya, rumah suster itu hanya ada tempat tidur perabot ruang makan dan dapur yang sangat minim. Kapel di mana tempat untuk berdoa juga tidak ada, sehingga kalau ingin menyepi berdoa suster haruslah berjalan ke gereja yang ada di kawasan perusahaan itu.

  • Libur cawu pertama tiba (24-30 Oktober).
  • Liburan Natal dan Tahun Naru mulai 23 Desember sampai 2 Januari.
  • Waktu libur, Dewan Pengurus dan Ketua u\Umat Gereja kuasi PT Erna mengadakan rapat di mess Suster SD Erna.
  • 23 Februari 1993, Pastor Agustinus Agus bersama tamu luar negeri datang meninjau persekolahan PT Erna.
  • 5 Mei 1993: Kepala Sekolah SD Erna Kayu Tunu Sr. Susana berangkat ke Pontianak untuk urusan sekolah.
SD PT Erna Kayu Tunu Kapuas Sanggau, Kalbar (Mathias Hariyadi)
SD PT Erna Kayu Tunu Kapuas Hulu, Sanggau, Kalbar (Mathias Hariyadi)

Tambah tenaga suster baru

Tibalah pembukaan tahun ajaran baru yaitu 18 Juli 1993. Didatangkan suster baru yang akan bertugas mengajar di SD Swasta Erna: Sr. Krisanti SFIC.

Sebagai Pemimpin Provinsi, Sr. Jeanne Marie beberapa kali datang bersama Pastor Agustinus Agus melihat keadaan sekolah di SD Swasta Erna.

Tanggal 13 September 1994, Sr. Jeanne Marie kedatangan tamu para suster dari Belanda dan Filipina; mengajak mereka datang kunjungi SD Erna untuk melihat karya yang ada disana.

tahun 1995 ada lagi kunjungan Pemimpin General SFIC Sr. Willibrorda Schutten bersama Sr. Accursia, suster Indonesia yang lancar berbahasa Belanda.

12 April 1996, kembali SD Swasta Erna mendapatkan kunjungan Duta Besar Vatikan; bersama rombongannya beliau mengunjungi SD Swasta Erna Kayu Tunu.

Sr. Susana, selain sebagai Kepala Sekolah SD Erna,  juga biasanya memberi rekoleksi kepada siswa SMA Don Bosco yang berlokasi di pinggiran Kota Sanggau, suatu lokasi yang sangat strategis. tempat itu diberi Laverna dan termasuk wilayah Paroki Bunut.

Laverna itu sendiri adalah milik para Ordo Kapusin. Lokasi itu merupakan kompleks persekolahan SMP-SMA; juga ada rumah retret Ordo Kapusin.

Mengingat jaminan hidup komunitas para suster SFIC  yang bertugas di SD Erna sangat memprihatinkan, maka tahun 1998 Sr. Adriana Tony (Provinsial SFIC) merasa perlu membicarakan masa depan karya; termasuk kontrak kerja SFIC dengan Keuskupan Sanggau.(Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here