Selasa 27 Juni 2023.
- Kej. 13:2,5-18.
- Mzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5.
- Mat. 7:6.12-14
“DALAM setiap keindahan, selalu ada mata yang memandang. Dalam setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. Dalam setiap kasih, selalu ada hati yang menerima.” (Helen Keller, penulis)
Kehidupan yang kita jalani merupakan perwujudan rangkaian kisah kasih kita. Karena dari dalam hati setiap orang pastilah menghendaki menjadi orang yang baik.
Bahkan kita bercita-cita ingin menjadi yang terbaik dalam setiap langkah hidup kita.
Kita sadari bahwa banyak orang merindukan keindahan, kebenaran dan kebaikan dalam hidup ini.
Maka kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk orang lain dan berharap menerima hal yang sama dari mereka.
Tidak ada seorang pun yang menghendaki agar orang lain memperlakukannya secara tidak baik.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”
Tuhan Yesus merumuskan kembali semua sikap kewajiban dan kehidupan Kristiani kita.
Dari cara-cara perumusan yang negatif, diubah menjadi positif.
Sikap yang Tuhan tuntut pun diubah dari pasif, masa bodoh menjadi aktif dinamis.
Bukan saja kita tidak boleh merugikan orang lain, tetapi harus mengasihi sebagaimana kita ingin orang lain berbuat itu pada diri kita.
Tekanannya adalah memberikan diri pada sesama bukan menuntut.
Maka semua yang kita kehendaki terhadap orang lain, juga kita kehendaki agar diperbuat Tuhan untuk kita.
Tentunya Tuhan dan sesama pun juga menghendaki hal yang sama agar kita buat bagi mereka.
Ini yang seringkali tidak mudah kita lakukan.
Maka, kita bersyukur karena melalui sabda-Nya, Tuhan menyadarkan kita akan “hukum emas ini: yang kita kehendaki dari orang lain, harus kita buat juga untuk orang lain”.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mewujudkan kasih dalam tindakan konkret?