Keputusan Memanggul Salib Pribadi

0
196 views
Ilustrasi: Memikul salib pribadi.

Bacaan 1: 2Raj 4:8-11. 14-16a

Bacaan 2: Rm 6:3-4. 8-11

Injil: Mat 10:37-42

Pewartaan itu bukanlah suatu hobby namun misi yang sangat serius untuk dijalankan karena pengutusan Tuhan Yesus. Kadang seseorang dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sangat ektreem, setia pada iman atau memilih dunia.

Memilih kenyamanan (duniawi) dan menolak ketidaknyamanan apalagi penderitaan. sangat manusiawi dan wajar. Namun saat memutuskan menjadi murid Kristus, harus merubah prioritas dalam hidup.

Ada orang murtad karena pilihan duniawi bahkan ada yang sambil mengolok-olok iman kristianinya serta memusuhi (membenci) umat kristiani.

Hari ini Tuhan Yesus menyentil para pengikut-Nya:

  • Menaruh prioritas pada pengutusan-Nya dibanding kepentingan pribadi.
  • Mengasihi (tidak membenci) orang kristiani atau keluarga Allah.

“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.

Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”

Salib pribadi setiap orang tentu saja berbeda satu sama lain.

Sebagai murid Kristus, memiliki tanggungjawab taat perintah Sang Guru, yaitu perintah memikul salib. Sebuah keputusan penting dalam hidup karena ada “harga yang harus dibayar”.

Sebagai murid Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya, yaitu penebusan dosa. Mati terhadap dosa untuk memperoleh hidup baru yang kekal. Demikian peneguhan rasul Paulus kepada jemaat Roma,

“Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.”

Mati terhadap dosa artinya meninggalkan kehidupan lama yang tidak berkenan bagi Allah dan masuk pada kehidupan yang baru sebagai Kristiani. Inilah salib bagi jemaat Roma, meninggalkan kehidupan dosa dan masuk dalam kehidupan Kristus.

Perempuan Sunem yang kaya raya itu menyadari bahwa ia sering menerima “tamu yang tidak sembarangan” (abdi Allah).

“Sesungguhnya aku sudah tahu bahwa orang yang selalu datang kepada kita itu adalah abdi Allah yang kudus…”

Perempuan itu menyambut dan memperlakukannya dengan hormat. Sama seperti perintah Tuhan Yesus, menyambut seorang anak kecil dengan memberi minum (karena ia murid Kristus). Itulah salib yang dimiliki perempuan Sunem.

Pesan hari ini

Mari belajar mengendalikan segala yang disukai tubuh duniawi dan memasuki kehidupan injili ajaran Tuhan Yesus, sebagai salib pribadi.

“Suka atau tidak, dunia terus berkembang, prioritas berubah, dan kamu juga.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here