Embun Hati – Tanda dari Tuhan

0
170 views
Ilustrasi: Kembang Setaman- Petugas Prodiakon menyebarkan racian Kembang Setaman kepada umat. Kembang Setaman terdiri dari bunga kantil, melati, kenanga, mawar merah, mawar putih. Disebarkan saat berlangsung prosesi Perarakan Hosti Sakramen Mahakudus di kompleks Gereja Ganjuran, Minggu 26 Juni 2022. (Yohanes Sukaryanto)

AHLI Taurat dan orang Farisi minta tanda pada Yesus. Dan Yesus menanggapinya dengan menunjuk tanda Yunus.

Pertanyaannya, kenapa kesannya Yesus “menolak” memberi tanda?

Pertama, suatu tanda baru bermakna ketika terjadi relasi (mendalam) antara yang minta dan yang memberi tanda. Contoh. Bunga “mawar merah” tak menjadi tanda cinta, jika tak ada relasi di antara pemberi dan penerima. Jika sudah ada relasi antara sejoli yang pacaran, “kemarahan” bisa jadi tanda cinta.

Coba di awal masa pacaran “marahan” berarti nantang putus.

Hosti kudus tak mungkin jadi tanda yang menyelamatkan bagi yang tak punya relasi dengan Tuhan Yesus. Bagi orang non Katolik, roti tak pernah jadi tubuh Kristus. Antara ahli Taurat dan Yesus jelas tidak ada relasi. Yang ada malah oposisi.

Kedua, relasi dengan Tuhan itu wujudnya anara lain cinta dan iman. Mungkin kita pernah mengalami, bahwa tanda “cinta” Tuhan pun masih kita maknai sebagai “kutuk” karena terasa “Tuhan jahat”.

Seperti misalnya saat putus cinta, saat orangtua dipanggil Tuhan, dll. Mengapa begitu? Karena iman dan cinta kita belum cukup mendalam, belum dewasa.

Seperti anak kecil yang lagi asyik mainan pisau, ia pasti menangis ketika ibunya mengambil pisau dari tangannya. Anak itu belum mengerti bahwa pengambilan pisau itu tanda cinta ibunya.

Maka, sebenarnya tanda dari Tuhan itu suda ada. Gak usah minta pun kita sudah diberi. Bahkan tanda yang terbesar yang pernah ada, diberikan untuk kita. Yaitu, Yesus sendiri.

Di sepanjang sejarah, juga sejarah hidup kita masing-masing, tanda itu sudah, sedang dan akan terus ada. Hanya saja kita sering tak dapat melihatnya dan belum ngerti maknanya. Karena cinta dan iman kita kurang mendalam.

Oleh karena itu, yang perlu kita lakukan bukanlah “meminta tanda,” tapi menjalin relasi dengan Tuhan.

Semakin dewasa dan mendalam cinta dan iman kita, semakin mudah menemukan Dia, apalagi cuma tandanya.

Kita mohon agar Tuhan menambahkan cinta dan iman kita pada-Nya.

Biar kalau Tuhan memberi “mawar merah berduri itu kita dapat melihat cintaNya bukan durinya.

Mari kita minta rahmat untuk bisa lehih mencintai dan mengimani Dia.

YR Widadaprayina
H 230724 AA
Mat 12: 38-42

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here