Mati Dihimpit Ketakutan

0
348 views
Jangan takut

Jumat 28 Juli 2023.

  • Kel. 20:1-17.
  • Mzm. 19:8,9,10,11.
  • Mat. 13:18-23.

KETAKUTAN adalah salah satu cara yang digunakan iblis untuk menghancurkan iman kepercayaan kita terhadap Tuhan Yesus, bisa melalui ancaman, fitnahan, kekuatiran, penyakit ataupun pergumulan hidup yang lain, yang membuat hidup kita menjadi tidak tenang, tidak merasakan damai sejahtera.

Tuhan Yesus memilih kita dan menempatkan kita, bukan di tempat yang nyaman melainkan kita diibaratkan sebagai domba yang ditempatkan di tengah-tengah serigala, bahkan hidup kita ditempatkan di tengah onak dan duri, dan tinggal di dekat kalajengking.

Artinya kita hidup berada ditengah-tengah bahaya yang siap melenyapkan nyawa kita.

Namun meski demikian, hendaknya kita tidak usah takut, tidak usah kuatir akan apa yang terjadi di sekitar kita, sebab justru kekuatiran itulah yang akan menghambat pertumbuhan iman kita atau menjauhkan kepercayaan kita pada Tuhan Yesus.

Ketakutan bisa membunuh pertumbuhan iman kita kepada Tuhan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.

Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad.”

Injil hari ini menjelaskan tentang perumpamaan Yesus mengenai seorang penabur.

Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan tentang benih dan tanah. Benih yang dimaksudkan yaitu firman Kerajaan Surga dan tanah menyimbolkan hati setiap orang.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan benih yang ditaburkan di pinggir jalan, yakni orang yang mendengarkan firman itu tetapi tidak mengerti.

Sedangkan benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu yakni mereka yang menerima dengan gembira firman itu.

Tetapi jika ada penindasan atau penganiayaan karena firman tersebut, maka orang itu menjadi murtad.

Selain itu benih yang ditaburkan di semak duri yakni mereka yang menerima firman, tetapi karena kekhawatiran dan tipu daya, irman itu terhimpit dan tidak berbuah.

Benih yang jatuh di tanah yang baik, yakni mereka yang mendengarkan firman dan mengerti, sehingga berbuah berlipat ganda seperti yang ditegaskan dalam Injil.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku merupakan benih yang ditabur di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, di semak berduri ataukah di tanah yang baik?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here