Selasa 1 Agustus 2023.
- Kel. 33:7-11; 34:5b-9,28.
- Mzm. 103: 6-7,8-9,10-11,12-13;
- Mat. 13:36-43
“Becik ketitik ala ketara,” peribahasa dalam bahasa Jawa ini mengingatkan bahwa semua perbuatan, entah itu baik ataupun buruk akan tampak nyata dalam pandangan semua orang serta akan memperoleh ganjaran yang setimpal.
Seseorang yang berbuat baik meski dilakukan secara diam-diam pada akhirnya akan tampak kemualiaannya dan akan mendapat balasan kebaikan dari orang lain.
Balasan itu bisa datang kapan saja dan tidak hanya bisa dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga orang-orang yang dicintainya.
Sebaliknya, siapa pun yang memiliki niat buruk, dan berlaku buruk meski ditutupi akan ketahuan juga.
Sebab, perbuatan buruk hanya akan mendatangkan malapetaka bagi hidupnya dan bagi orang-orang terdekat.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat.”
Benih yang baik dan lalang dipakai oleh Yesus untuk mengumpamakan anak-anak Kerajaan Allah dan anak-anak Si Jahat.
Benih baik ditabur oleh Yesus, sementara benih lalang ditabur oleh iblis, dan ladang ialah dunia.
Sekalipun benih baik dan benih lalang tidak bernilai sama, namun pemilik ladang adalah Tuhan.
Ia membiarkan kedua benih itu tumbuh bersama. Ia tidak memisahkan benih baik dari hambatan dan himpitan lalang. Pemisahan itu baru terjadi pada waktu menuai.
Membiarkan ilalang bertumbuh bersamaan dengan gandum hendak menggambarkan bahwa dalam kehidupan ini, yang jahat dan yang baik itu bisa hidup bersamaan.
Namun pada suatu ketika, akan tampaklah bagi kita mana yang benar-benar baik dan mana yang benar-benar jahat.
Dengan perumpamaan ini Tuhan Yesus meminta kita agar tidak terlalu mempusingkan diri dengan hal-hal yang jahat karena justru akan menghalangi dan mengurangi konsentrasi kita untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan meminta, bahwa kita, sebagai orang yang telah menerima benih yang baik dari pada-Nya, diminta fokus untuk mengembangkan benih yang baik itu hingga kelak bisa menghasilkan buah yang melimpah.
Hal ini juga berlaku saat kita hendak menggapai suatu cita-cita. Jika kita banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan tantangan dan rintangan yang akan kita hadapi, maka dengan sendirinya kita telah mengurangi waktu untuk meningkatkan kemampuan terbaik dalam diri kita.
Melalui perumpamaan ini, Tuhan mengajarkan suatu sikap dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Sikap itu ialah bersabar dan tekun berjuang.
Kita ibarat gandum yang ditaburkan Tuhan di ladang-Nya.
Kita diminta berfokus pada pertumbuhan kebaikan di dunia ini agar bisa menghasilkan buah melimpah saat musim menuai tiba.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku sabar dan tetap fokus menumbuhkan kebaikan?