Mutiara Keluarga – Seni Beri Perhatian ke Isteri

1
94 views
Keluarga harmoni

BANYAK suami yang sesungguhnya bergulat untuk dapat memberi perhatian ke istErinya. Bukan karena bodo atau malas. Tetapi karena banyak suami yang tak mengerti bahwa memperhatikan istEri itu suatu seni.

Contoh yang menggambarkan bahwa memperhatikan istEri itu perlu seni adalah ini. Mungkin Anda pernah mengalami. Ketika suami bertanya ke isEtri, “Mau makan apa Mom?”

Dan istEri bilang “terserah”…. Biasanya ending-nya adalah “error”. Mengapa?

Karena di mindset suami, ungkapan “terserah ” itu sama artinya dengan “memberi kebebasan untuk memilih”.

Suami memaknai “terserah” dari istErinya seperti kalau suami bilang ke istEri “terserah” mau makan apa. Di situ suami menyerahkan sepenuhnya istEri mau pilih apa. Suami ikut saja. Dia juga akan menafsirkan “terserah”-nya istEri, dengan tafsir yang sama persis dengan pemaknaan kata “terserah” bagi dirinya.

Padahal bagi isteri “terserah” itu berbeda. Isteri tetap minta dilibatkan, minta distimewakan. mengharapkan dimengeri, bahkan ditanyai suami.

Mungkin cara suami menggapinya mestinya begini: “Mom, waktu pacaran dulu kita sering makan siomay. Bagaimana kalau kita cobain siomay baru yang di sana itu yo?”

Lain lagi dengan sikap yang berbeda. Suami lebih suka dalam banyak hal dibiarkan, jangan terlalu banyak diatur, dicampuri. Maunya, asal tidak bahaya atau tidak selingkuh, bebaskanlah suami.

Harapannya: suami jangan dicurigai, jangan dicemburuin. Tetapi, suami keliru, kalau ia mengira istri juga begitu.

Misalnya, istri izin, mau diajak pergi oleh lelaki lain, dan saat itu suami cuma basa basi menjawab: “Hati-hati ya.”

Saat itu isteri justru kecewa berat, sebab isteri berharap “dilarang, dicemburui” oleh suami. Isteri lebih kecewa lagi, kalau ternyata cuma ingin ngecek apa dirinya masih berarti buat suaminya apa tidak.

Padahal suami tidak ada ide atau pikiran begitu; karena ia percaya, dan sudah penuh cinta pada isterinya.

Isterinya tak dapat melawan rasa hatinya bahwa ia ingin dijagai, dibelain, di-hero-in oleh suami tercinta.

Lantas bagaimana kita menyikapi perbedaan tersebut? Bagamana para suami memaknai “memberi perhatian ke isteri”, tanpa merasa gagal dalam mencintai isterinya.

Pertama, suami-isteri itu dipilih dan dipersatukan Tuhan, justru karena keduanya berbeda. Suami-isteri adalah wujud konkret dari sabda: “Tuhan mengutus murid-Nya berdua-dua”.

Kedua, suami dan atau isteri adalah teman dalam pengutusan. Maka jika relasi suami-istrri terganggu oleh perbedaan di atas, mestinya keduanya harus “maneges“, menegaskan kembali rencana dan kehendak-Nya untuk keluarganya.

Bukankah St, Yusuf dan Bunda Maria itu punya banyak sekali perbedaan ?

YR Widadaprayitna
H 230803 AA

1 COMMENT

  1. Terima kasih atas ulasan ini, semoga keluarga2 katolik bisa lebih memahami satu dengan yang lainnya (suami isteri) bahwa keberadaan dalam keluarga adalah lambang persatuan Allah dan manusia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here