SABDA ini mudah dimengerti dan sudah sering terjadi. Kita pun mungkin pernah mengalaminya. Kini masih dialami oleh presiden kita, Joko Widodo.
Beliau dihormati, dihargai di mana-mana, kecuali di negeri nya sendiri. Di negeri kita masih saja ada orang-orang yang, -jangankan menghargai-, menghina, menfitnah pun dilakukannya.
Di dunia, bahkan di sekitar kita pun ada banyak orang yang mengalami hal serupa. Spontan kita merasa bahwa orang-orang tersebut mata lahir dan batinnya buta. Tapi sepanjang sejarah selalu ada orang-orang yang menisbikan kebaikan sesama dan Tuhan seperti itu.
Lantas bagaimana kita memaknai kenyataan ini ?
Beberapa hal berikut kiranya perlu disegarkan kembali.
- Jika Anda mengalami dinisbikan, syukurilah. Kalau kita tidak meminta tapi diberi, itu berarti bagian rencana-Nya. Untuk persiapan pengutusan kita. Syukur boleh mengalami sedikit penghinaan Yesus. Dan itu tanda bahwa Anda berada di jalan yang benar di mata Allah. Sebab mungkin sekali Anda terpilih untuk mengikuti Tuhan lebih dekat lagi. Semoga disadari bahwa yang ditolak bukan Anda, tapi Sang Kebaikan sejati.
- Kita, Anda tak perlu menanggapi, apalagi membalasnya. Sebab dengan membalas, kita, Anda justru menurunkan nilai dan kualitas kita. Kalau sungguh berat, dijauhi saja. Kebaskan debu dari kakimu.
- Kalau mau komplain, sampaikan kepada Dia yang mengutusmu. Jati diri seorang nabi adalah utusan. PeNGutusannya adalah menyampaikan kebaikan Tuhan.
- Tetaplah fokus pada tugas peNGutusan yang telah dipercayakan pada kita, pada Anda yang diutusNya.
- Setiap dari kita, sesungguhnya dipanggil menjadi nabi-Nya. Siapkah kita, Anda diutus-Nya jadi di Zaman ini, kini dan di sini?
YR Widadaprayitna
H 230804 AA
Mat 13: 54-58