Tugas menjadi fasilitator kitab suci merupakan panggilan untuk melanjutkan misi perutusan Yesus di dunia. Karena itu, fasilitator kitab suci harus berpegang teguh pada Yesus sang Guru yang memiliki tiga tugas utama (tritugas) yakni sebagai imam, nabi, dan raja.
Yesus datang ke dunia untuk menjadi nabi, yang mewartakan kebenaran, karena Dia sendiri adalah kebenaran (Yoh 14:6). Sebagai imam karena Dia yang menyediakan Diri-Nya sendiri sebagai korban dan sekaligus Imam Agung dengan kematiannya di kayu salib. Dan sebagai raja, yang membarui kerajaan Daud. Bukan sebagai raja di dunia namun di setiap hati manusia dan Kerajaan Sorga.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Lembaga Biblika Indonesia (LBI) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) RP Petrus Cristologus Dhogo SVD dalam kegiatan pembekalan yang diselenggarakan sejak Rabu, 2 Agustus hingga Minggu 6, Agustus 2023 dan dihadiri 92 fasilitator kitab suci dari seluruh paroki di Keuskupan Atambua dan Flores seperti Ende, Larantuka, Maumere dan Kupang.
Romo Itho demikian biasa disapa menyebutkan, bahwa fasilitator kitab suci harus memiliki iman yang kokoh pada Yesus Kristus, mencintai sabda-Nya, dan selalu aktif dalam kegiatan dan kehidupan menggereja, serta selalu terbuka dengan berbagai kelompok manusia. “Ini merupakan fondasi yang harus menjadi pegangan seorang fasilitator yang handal,”ujar Itho.
Selain fondasi tersebut, menurut Itho, seorang fasilitator harus memiliki keterampilan mendengarkan dengan baik. Dia harus membiarkan teks berbicara kepadanya, menyerap, kemudian merefleksikannya. Selanjutnya, dengan terbiasa berefleksi itu, fasilitator kitab suci membantu pertumbuhan iman orang lain.
Selain kemampuan mendengarkan dengan baik, seorang fasilitator juga harus terampil berkomunikasi, kata Itho. Ini terkait dengan subyek yang dihadapi. Mereka harus bisa berhadapan dengan siapa saja, entah dengan anak-anak, kaum muda, maupun orang dewasa. Kepada mereka, fasilitator harus mampu menyampaikan pesan kitab suci dengan bahasa yang sederhana, jelas dan konkret. Dan terakhir, fasilitator harus terampil mengevaluasi. Seluruh proses pendampingan harus bisa dilihat secara keseluruhan dan dinilai mulai dari pembukaan hingga penutup.
September, seluruh umat Katolik memasuki Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Ini merupakan kegiatan tahunan yang juga merupakan gerakan bersama Gereja Katolik untuk menumbuhkan rasa cinta pada kitab suci. Pada bulan ini biasanya umat melakukan berbagai kegiatan seperti membaca kitab suci bersama, renungan, lomba kitab suci, lomba visualisasi kitab suci, bermazmur bersama dan banyak kegiatan lain diselenggarakan di berbagai tempat di seluruh keuskupan di Indonesia.