Memilih Budaya Melepaskan

0
160 views
Santa Clara alias Chiara Offreduccio. (Ist)

SABDA Yesus yang menjadi dasar ajaran Kristiani cenderung melawan arus zaman. Mendoakan orang yang berbuat jahat kepada kita atau membalas kejahatan dengan kebaikan, misalnya.

Hari ini, Yesus membuat banyak orang mengernyitkan dahi. Dia bersabda,”Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 16:25).

Tantangan bagi para pengikut-Nya ialah menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Dia (Matius 16:24). Ini tidak kalah berat dibanding dengan tuntutan satunya lagi, yakni kehilangan nyawa. Memikul salib mesti dilakukan sepenuh hati.

Hanya sedikit di antara orang Kristen yang sungguh bersedia menempuh jalan itu. Salah satunya adalah seorang gadis remaja dari keluarga kaya di Assisi, Italia. Namanya Chiara Offreduccio. Lebih dikenal dengan Klara.

Dia meninggalkan rumah orangtuanya yang kaya dan menjadi suster biarawati. Dia berkata, “Kita menjadi yang kita cintai dan yang kita cintai membentuk diri kita.” Yang mencintai Tuhan Yesus akan menjadi seperti Tuhan Yesus.

Klara, yang berarti terang atau bercahaya, sungguh melihat panggilan hidupnya secara terang benderang. Dia membuat pilihan hidup yang tegas dan jelas. Di tengah budaya memperoleh, Klara justru melepaskan.

Dia membangun komunitas religius, Ordo Santa Klara. Mereka hidup bergantung pada Tuhan dan amal atau sedekah dari orang lain. Mereka hidup dalam biara tertutup dan mengisi hidupnya dengan doa dan pekerjaan tangan.

Santa Klara meyakini kata-kata Yesus, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:26).

Di tengah budaya yang cenderung mencari, mengumpulkan, dan memiliki, Klara memilih budaya melepaskan.

Jumat, 11 Agustus 2023
Peringatan Santa Klara, Perawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here