BANYAK orang mengira bahwa hidup ini untuk mengumpulkan dan memiliki bagi diri sendiri. Semakin banyak yang mereka terima, semakin berbahagialah mereka.
Namun, fakta menunjukkan bahwa menerima dan memiliki banyak tidak memberikan hidup yang bahagia. Ternyata, hidup bahagia itu ditemukan dalam memberi; bukan dalam menerima.
Bagian akhir dari injil hari ini (Matius 23:1-12) berbicara tentang hal itu. “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Matius 23:11-12).
Ajaran ini menegaskan bahwa orang itu lebih bernilai ketika dia menggunakan hidup dan semua kemampuannya untuk kebaikan sesamanya. Ini mengingatkan bahwa semua yang orang miliki adalah pemberian yang mesti dibagikan kepada sesama.
Hidup itu mesti dibaktikan untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik, damai, tenteram, dan membahagiakan bagi semua orang. Hidup benar itu mengarah kepada orang lain; bukan berpusat pada diri sendiri.
Ajaran ini berlawanan dengan mentalitas dan budaya egosentris serta ditemukan dalam kehidupan beragama yang dikritik oleh Yesus (Matius 23:3-7). Ada orang yang menjalankan agamanya untuk menarik perhatian dan mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri.
Mereka menggunakan agama untuk meninggikan dirinya sendiri. Yesus berpesan kepada para murid-Nya agar mereka tidak bersikap demikian (Matius 23:8-10). “Kalian semua adalah saudara” (Matius 23:8). Artinya, setiap orang setara; tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Bagaimana kita menghayati hidup kita? Apakah dengan lebih banyak mencari dan mengumpulkan bagi diri sendiri ataukah lebih banyak memberi? Orang berbahagia tatkala menghayati hidupnya dalam memberi.
Sabtu, 26 Agustus 2023