Bacaan 1: Kol 3:1-11
Injil: Luk 6:20-26
Seorang teman ‘curhat’ jika ia sedang susah hidupnya, segala kesulitan hidup diceritakannya padaku. Lalu dia bertanya, “Menurutmu bagaimana?”.
Jawaban saya hanya singkat, “Kamu masih katolik?”.
Setiap orang pasti punya masalah, ringan maupun berat tinggal bagaimana kita melihatnya. Tuhan Yesus sendiri tidak pernah menjanjikan hidup di dunia sebagai murid-Nya akan diberikan kenikmatan dalam hidup.
Justru Tuhan malah menawarkan penderitaan yang harus dialami.
Dibenci sebagai “Karesten” (sebutan bagi Katolik atau Kristen di daerahku) itu biasa.
Hari ini Tuhan Yesus menyapa dua kelompok emosi sekaligus: mereka yang diaggap bahagia dan celaka.
Mereka yang masuk kategori bahagia adalah, miskin, lapar, menangis dan dianiaya, sebuah ironi bagi dunia. Mereka adalah kaum lemah yang hidupnya hanya bisa bergantung pada mereka yang punya kelebihan.
Tuhan Yesus mengecam orang-orang yang mendengarkan-Nya tetapi hati masih tertutup untuk peduli pada yang miskin, lapar, menangis dan dianiaya. Mereka orang-orang celaka itu.
Namun, menjadi katolik apakah melulu memang harus menderita? Bukan juga begitu pemahamannya.
Menjadi katolik berarti menyadari kelemahan dan kerapuhan sebagai manusia dan memerlukan seorang penolong. Dan Tuhan Yesus-lah Sang Penolong yang setia serta berjanji membawa pada kehidupan mendatang yang penuh sukacita tanpa kurang suatu apapun. Itulah janji-Nya, bahagia sejati.
Rasul Paulus memberikan peneguhan kepada jemaat di Kolose bahwa setelah dibaptis menjadi Kristen maka cara hidupnya harus berubah.
“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.”
Tinggalkan manusia lama yang duniawi dan jalani hidup sebagai manusia baru dengan pola hidup yang baru sesuai dengan kehendak-Nya.
Pesan hari ini
Kepedulianmu pada yang lemah akan mendatangkan matahari bagi mereka. Itulah salah satu perkara yang di atas meskipun kita masih ada di bumi.
Kamu masih katolik, kan?
“Terkadang hanya dibutuhkan satu tindakan kebaikan dan kepedulian untuk mengubah hidup seseorang.”