Sahabat pelita hati,
WARTA pelita sabda hari ini bertutur tentang perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur. Secara spontan banyak pembaca bereaksi sama seperti pekerja yang datang terdahulu (sejak pagi) yang ternyata upahnya sama besar (satu dinar) dengan yang datang paling belakang, bekerja hanya satu jam. Sang pemilik kebun anggur pun dinilai berlaku tidak adil. Namun jika kita baca dengan seksama ternyata si pemilik kebun anggur tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia pun tidak dapat dinilai bertindak tidak adil karena kesepakatannya adalah upah bekerja sehari adalah satu (1) dinar dan itu telah diterima sesuai haknya oleh orang upahan yang bekerja seharian. Jika akhirnya yang datang terakhir dan hanya bekerja satu (1) jam mendapat upah satu (1) dinar ini semata-mata karena kebaikan dan kemurahan hati sang pemilik kebun anggur. Maka pertanyaan si pemilik kebun yang adalah Tuhan sendiri menjadi pertanyaan reflektif untuk kita semua, “atau iri hatikah engkau karena Aku murah hati?”
Sahabat terkasih,
Harus diakui, terkadang kita pun bersikap seperti para pekerja kebun anggur itu. Mudah iri terhadap orang lain yang lebih berhasil, mendapat kemudahan dlsb., walau mereka kita nilai tak pantas mendapatkannya. Tuhan memiliki kebebasan untuk memberikan rahmat-Nya kepada siapa pun. Yang dibutuhkan dari kita adalah sikap menengadah dan berpasrah terhadap kehendak-Nya. Ia akan melimpahkan rahmat pada saat yang tepat.
Bengawan Solo riwayatmu dulu, musim penghujan selalu mengalir. Demikianlah yang terakhir akan menjadi yang terdahulu, dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Filipi 1:20c-24.27a
Matius 20:1-16
“Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi.
Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu,
katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.”(Mat. 20:1-16)