Belajar Beriman Seperti Bartimeus

0
6,251 views
Ilustrasi: Iman. (Ist)

Hari ini kita belajar dari iman Bartimeus, yang dimelekkan Tuhan Yesus. Bartimeus adalah pengemis di kota Yerikho. Yerikho adalah kota yang indah dan nyaman di lembah Yordan yang subur.

Bartimeus yang mengemis di gerbang kota, pasti banyak mendengar tentang Yesus, dari cerita-cerita orang yang datang dari Yerusalem. Pasti ia juga mendengar bahwa Yesus pernah menyembuhkan orang buta. Ia percaya bahwa Yesus dapat memelekkan dia. Bartimeus penuh harap akan kesembuhannya.

Dia pasti sudah membayangkan, nanti kalau sembuh, saya akan begini/begitu; berbuat ini/itu. Sekarang ia mendengar Yesus lewat di Yerikho dan ini kesempatan bagi Bartimeus untuk memperoleh kesembuhan. Ia berteriak-teriak memanggil Yesus sebagai Anak Daud, gelar Mesias, Penebus.

Semakin ia dilarang dan dihalangi orang banyak, semakin keras ia berteriak. Dan ketika ia dipanggil Yesus, ia melepaskan jubahnya, miliknya yang paling berharga sebagai pengemis (jubah itu alas duduk untuk mengemis dan pelindung dingin pada waktu malam) karena jubah itu memperlambat dia bertemu Yesus.

Pada saat ia bertemu Yesus, Yesus menyatakan “Pergi lah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Saat itu Bartimeus dapat melihat kembali. Tetapi ia tidak pergi mengikut rencananya sendiri, ia malah memilih mengikuti Yesus. Yesus ini lebih daripada memberi kesembuhan, Ia menawarkan keselamatan.
Seandainya Bartimeus pergi, mungkin ia menjadi sama dengan banyak orang lain yang disembuhkan oleh Yesus dan tidak disebut kembali dalam Injil. Bartimeus dikenal oleh umat Roma, tempat Markus menulis Injilnya. Artinya ia masih mengikuti Yesus sampai penyaliban, kebangkitan dan kenaikanNya ke surga. Bartimeus adalah orang yang diubah karena imannya.

Ia adalah kontras yang berlawanan dengan para murid Yesus. Mereka mengikuti Yesus, tetapi tetap berpegang pada harapan dan keinginan mereka masing-masing. Injil Minggu yang lalu, sesudah Yesus memberi tahukan penderitaan dan kematianNya yang ketiga, reaksi para murid ialah berebut kuasa duduk disebelah kanan dan kiriNya.

Iman bukan perkara melihat atau mengerti. Iman adalah suatu sikap hati yang terarah, berharap pada Tuhan saja. Itulah sikap Bartimeus yang tidak menyerah pada tantangan dan hambatan orang banyak, ia berani meninggalkan hal-hal yang berharga untuk bertemu dengan Yesus.

Sehingga ia yang dulu duduk dan mengemis akhirnya melek dan berjalan mengikuti Yesus. Berbeda dengan para murid yang melek dan selalu mengikuti Yesus, tetapi masih buta dalam iman.

Banyak orang seperti para murid. Sudah percaya pada Yesus, tetapi tidak bertumbuh dalam mengikuti Dia. Karena orang masih hidup dalam pola kebiasaan yang lama, yang belum diubah oleh Yesus.

Seorang anak memperhatikan ibunya yang sedang menuang air mendidih ke sebuah wadah. Terlihat kepulan asap yang mengiringi aliran air panas itu ke wadah itu. “Apa itu, Bu?” “Oh, ini. Termos, Nak!” jawab ibunya singkat. Ia pun menuntaskan kegiatannya. Sebagian air panas dituang ke termos, dan sisanya masih berada di ceret. “Kenapa dituang ke termos, Bu?” Ibunya menutup dan menaruh termos ke tempat semula. “Anakku.

Termos itu tempat menyimpan air supaya tetap panas,” jawab sang ibu sambil senyum ke arah sang anak. “Sore nanti, kamu akan lihat kegunaannya,” tambah sang ibu. Akhirnya, sore pun datang. “Sini, Nak!” ucap sang ibu sambil menuangkan air dari termos ke gelas. “Apa yang kamu lihat, sayang? Airnya masih panas, kan!” Sang anak pun mengangguk. Ibu itu menuangkan air dari ceret ke gelas yang lain. “Dan ini, coba kamu perhatikan.

Air di ceret sudah tidak panas lagi. Padahal, sumbernya sama-sama dari air yang tadi ibu masak,” tutur sang ibu. “Aneh ya, Bu?” “Anakku. Wadah termos terdiri dari kaca yang saling memantul. Dan bagian dalam termos pun kedap udara. Itulah sebabnya kenapa air dalam termos bisa tetap panas!” jelas sang ibu. 

Dalam diri manusia ada jiwa yang sangat menentukan seperti apa keadaan perilaku mereka. Jiwa yang terhangatkan oleh cahaya iman akan membangkitkan kesegaran optimisme, kesabaran, dan keikhlasan. Jika kehangatan tersimpan baik dalam pantulan cermin hati yang bersih dan suasana yang kedap dari segala kotoran, kehangatan jiwa pun akan terus terjaga.

Jangan biasakan jiwa yang semula hangat hanya tersimpan begitu saja dalam ceret yang terbuka. Karena kehangatan itu akan segera menguap bersama hembusan angin lingkungan yang tidak tentu arah. Sayangnya, si empunya jiwa kerap tak sadar, kalau jiwa yang beberapa saat lalu masih hangat, ternyata sudah dingin. Bahkan mungkin sudah tercemar.

Melihat dan berjalan mengikuti Yesus berarti sedia melepas apa yang dipandang penting. Bartimeus melepaskan angan-angannya. Ia memilih mengikuti Yesus, bersatu dengan sesama pengikut Yesus dan tekun memelihara imannya. Para rasul kemudian juga melepaskan mimpi dan harapan duniawi mereka dan semua menjadi martir bagi Yesus.

Apa yang perlu kita lepaskan agar iman kita dapat bertumbuh jadi melihat dan lebih sedia mengikuti Yesus? AMIN.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here