ORANG Katolik taat pada Yesus dan pengajaran-Nya. Orang Katolik juga taat kepada Paus. Repotnya, baik Yesus maupun Paus tidak memberi petunjuk apalagi “wangsit” pada Pilpres dan Pileg 2024 nanti.
Lalu, pertanyaannya: orang Katolik Indonesia sebaiknya milih siapa?
Namun setiap kali Pemilu tiba, kata-kata Romo Franz Magnis-Suseno SJ -tokoh intelektual Katolik ini- terus-terusan dikutip seperti ini: “Pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, tapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa”.
Di balik kalimat yang sudah melegenda itu, Romo Magnis SJ selalu mengingatkan kita agar jangan mudah terjebak pada kesibukan mikir “siapa” capres-cawapres dan melupakan “mengapa” dan “mandat apa” yang ingin kita percayakan kepada yang kita pilih.
Demi bonnum commune
Sejak berdirinya dan ribuan tahun perjalanannya, Gereja Katolik meyakini bahwa politik itu pada dasarnya baik. Karena perebutan kekuasaan melalui pemilu (politik) sebenarnya merupakan karena sarana untuk mewujudkan kesejahteraan bersama atau bonum commune.
Politik dalam dirinya sendiri mengandung nilai-nilai luhur seperti pelayanan, pengabdian, pengorbanan, keadilan, kejujuran, ketulusan, solidaritas, kebebasan, dan tanggungjawab.
Oleh karena itu, dunia politik harus diisi oleh orang-orang yang mempunyai kapasitas, loyalitas, integritas, dan dedikasi yang tinggi dalam mengemban jabatan dan menggunakan kekuasaan.
Pemilu harus dilaksanakan dalam batas-batas moral sehingga kehidupan bersama yang lebih baik akan menjadi kenyataan (bdk. Gaudium et Spes no.74).
Mari, menjelang Pemilu 2024 yang makin “panas” ini, kita bertemu dalam webinar dan rekoleksi yang akan kita selenggarakan pada hari:
- Rabu, 11 Oktober 2023;
- Mulai pukul 19.00-21.30 WIB.
Bangsa ini membutuhkan orang-orang yang cerdas dan baik untuk menjadi pemimpin. Mereka hanya akan bisa menjadi pemimpin kalau kita pilih. Sebagai warga Gereja dan warga negara yang baik, “100% Katolik dan 100% Indonesia”, sudah selayaknya umat Katolik, khususnya orang muda Katolik yang akan menjadi pemilih pemula, memberikan suaranya dalam pemilu ini. Mari dengan jujur kita siapkan hati, budi, akal sehat dan suara hati kita sebelum kita memutuskan memilih. Para tokoh Katolik dan para pakar akan membantu kita mengolah “mengapa” kita sebagai orang Katolik sebelum memutuskan memilih “siapa”. Kehadiran Anda secara online, kami tunggu pada forum komunitas Katolik yang berani terus terang mengangkat tema ini.
Salam hangat kami
Pengurus Ikafite