Selasa 3 Oktober 2023.
- Za. 8:20-23.
- Mzm. 87:1-3,4-5,6-7.
- Luk. 9: 51-56.
SECARA manusiawi, setiap orang ingin diterima oleh orang lain. Akan tetapi tidak demikianlah halnya pada kenyataannya.
Penolakan bisa terjadi dalam berbagai fase kehidupan kita dan dalam banyak situasi.
Bahkan sering kita temukan kisah orang sukses yang di awal perjuangannya mengalami penolakan beribu kali.
Proses yang paling sulit memang menerima penolakan.
Karena kita terlalu menaruh ekspektasi terhadap apa yang kita utarakan atau lakukan.
Adanya kekecewaa itu wajar, namun satu hal yang penting dari penolakan, jangan selalu menganggap penolakan orang lain adalah patokan yang paling benar setiap kamu berbuat sesuatu.
Kemungkinan penolakan memberitahu kita, kalau ada jalan atau cara yang salah dalam hidup ini.
Ini bisa jadi tanda kalau kita harus introspeksi diri dan memperbaiki kualitas diri.
Penolakan bisa membantu kita untuk belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya lagi.
Penolakan juga menuntun untuk bisa membuka pikiran kita terhadap apa potensi dan kekurangan yang kita sadari selama ini.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
”Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?”
Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.”
Perikope ini mengingatkan kita, sebagai orang percaya, untuk tidak gegabah dalam mengatasi masalah.
Kita diajarkan untuk berhati-hati⁰ dalam menggumuli permasalahan, apalagi memakai kuasa rohani secara salah sebagai solusi dangkal mengatasi permasalahan.
Gunakan hikmat Tuhan sebagai bukti bahwa kita mampu menempatkan diri secara tepat dan bijak sebagai orang percaya yang bersedia mengalami tantangan pelayanan dengan penuh sukacita tanpa menimbulkan masalah.
Sebagai manusia, Yesus juga mengalami penolakan. Akan tetapi, Yesus tetap bersikap tenang menghadapi-nya.
Bahkan ketika para murid meminta supaya Yesus mengizinkan mereka untuk menurunkan api untuk membinasakan mereka, Yesus justru menegur mereka.
Yesus, yang penuh dengan belas kasih dan kerahiman, tidak membalas kejahatan dengan hukuman.
Ia tetap mengasihi orang-orang yang telah menolak Dia.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku bisa tetap tenang ketika menerima penolakan dalam hidupku?