Puncta 20.10.23
Jum’at Biasa XXVIII
Lukas 12: 1-7
SEORANG pastor di kota akan berpindah tugas di tempat lain. Ia telah berjuang keras mengembangkan paroki itu. Tetapi karena fitnah yang disebarkan seseorang, nama baiknya tercemar dan umat tidak lagi percaya.
Seorang ibu datang mengaku kepadanya, “Pastor, saya minta maaf, karena perbuatan saya, pastor dipindahtugaskan,” katanya tertunduk lesu sambil menangis.
Pastor itu tanpa banyak berkata mengajak ibu itu naik ke teras tingkat dua di dekat lonceng gereja.
Ia membawa sebuah bantal dan gunting. Sesampai di atas teras, pastor itu berkata, “Ibu, apa pun yang telah anda lakukan terhadap saya, semua sudah terjadi. Coba perhatikan, bantal ini,” kata pastor sambil merobek-robek bantalnya dengan gunting.
Seketika angin bertiup kencang. Kapas dari bantal itu kabur terbawa angin kemana-mana.
“Apakah ibu bisa mengumpulkan kembali kapas-kapas yang terbang kemana-mana tadi?” tanya pastor.
“Tidak mungkin pastor,” jawabnya.
“Itulah fitnah, kata-kata yang tersebar itu tak mungkin ditarik kembali. Yang ada tinggal kain bantal yang sobek tidak berguna lagi,” kata sang pastor menasihati.
Yesus berkata, “Waspadalah terhadap ragi yaitu kemunafikan kaum Farisi. Tiada sesuatu pun yang tertutup yang takkan dibuka, dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi yang takkan dibuka, apa yang kalian katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kalian bisikkan di dalam kamar akan dimaklumkan di atas atap rumah.”
Jika kita melakukan kebenaran, tidak perlu takut menghadapi rintangan. Sekalipun itu membahayakan prestasi, nama baik, bahkan nyawa kita.
Kebenaran tetaplah kebenaran walaupun sedikit yang percaya dan melakukannya. Kesalahan atau kejahatan tetaplah kejahatan walau dilakukan oleh banyak orang. Suatu saat kejahatan pasti akan terbongkar.
Orang Jawa mengatakan, “Becik ketitik, ala ketara”. Artinya yang baik akan terbuka dan yang jahat akan terbongkar pada saatnya.
Roda kehidupan itu tidak berhenti. Ia terus berjalan. Kadang kita di atas, tetapi suatu saat akan berada di bawah.
Nasehat Yesus itu tetap relevan bagi kita, “Waspadalah terhadap ragi.”
Marilah kita selalu berhati-hati dengan tutur kata dan tindakan kita.
Penjual sate banyak datang dari Madura,
Pak Mahfud maju jadi orang nomor dua.
Fitnah hujat berkelindan di sekitar kita,
Tetaplah fokus pada tanggungjawab saja.
Cawas, tetaplah waspada…