Rabu 25 Oktober 2023.
- Rm. 6:12-18.
- Mzm. 124:1-3,4-6,7-8;
- Luk. 12:39-48.
“AKU tidak dapat melakukan hal yang dapat kamu lakukan, kamu tidak dapat melakukan apa yang aku lakukan. Maka, bersama kita dapat melakukan hal yang besar,” kata Ibu Teresa dari Kalkuta.
Tanggung jawab dengan pekerjaan yang dipercayakan kepada kita sekecil apapun itu menjadi bukti kecintaan dan pengabdian kita pada Tuhan.
Kita harus berani menghargai pekerjaan sesama sekecil apa pun dalam hidup bersama ini.
Karena setiap orang dipanggil dalam pelayanan sesuai dengan daya dan kemampuannya.
“Sudah berpuluh-puluh tahun, kamu kerja di persekolahan ini sebagai tukang kebun, gajimu hanya cukup untuk hidup sehari-hari,” kata seorang bapak kepada sahabatnya.
“Mengapa tidak mencari pekerjaan lainnya?”, katanya lagi.
“Saya hanya berusaha mensyukuri apa yang saya dapat dari pekerjaan ini,” sahutnya.
“Dari kerja ini, saya bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak, itu sudah cukup bagiku,” lanjutnya.
“Dulu mestinya saya ingin mencoba pekerjaan lain, namun setelah saya tahu, betapa tenaga saya diharapkan oleh yayasan ini, saya padamkan keinginan meninggalkan persekolahan ini,” ujarnya.
“Saya hanya ingin mengabdi pada sekolah ini dengan senang hati,” lanjutnya.
“Saya merasa sudah senang dan bersyukur atas semua yang bisa saya berikan dan apa yang saya dapatkan dari hasil keringatku di sini,” tegasnya.
“Kerja itu bukan semata-mata soal gaji namun soal kepuasan dan kebahagiaan bisa ikut partisipasi atas maju mundurnya persekolahan ini,” lanjutnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Barangsiapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut daripadanya. Dan barangsiapa dipercaya banyak, lebih banyak lagi yang dituntut daripadanya.”
Injil hari ini mengajarkan kepada kita bagaimana kesetiaan terhadap seorang tuan dapat dibangun.
Yesus lewat perumpamaan-Nya mengajak kita untuk setia kepada tuan melalui karya yang dipercayakan kepada kita.
Di mata Tuhan tidak ada pekerjaan rendahan atau pekerjaan tingkat atas.
Karya yang kita lakukan dengan kesungguhan hati sungguh menjadi persembahan bagi Tuhan.
Kedudukan sebenarnya adalah suatu akses yang digunakan Allah agar kita mau berbagi, melaksanakan karya kasih dan peduli terhadap sesama.
Seorang atasan harus sadar justru posisinya bukanlah sekedar memimpin, tetapi juga melayani dan memberi lebih.
Semakin tinggi jabatan dan kepercayaan yang dipercayakan kepada kita, semakin besar pula tanggung jawab pelayanan kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menggunakan kepercayaan yang diberikan padaku untuk melayani dengan sepenuh hati?