Memilih Tuhan, Meski Kehilangan

0
453 views
Keluarga harmoni

Kamis 26 Oktober 2023.

  • Rm. 6:19-23.
  • Mzm. 1:1-2,3,4,6.
  • Luk. 12:49-53

DALAM kehidupan ini ada orang yang dihadirkan sebagai pembawa berkat bagi kita, namun juga ada orang yang dihadirkan untuk membawa pelajaran kehidupan bagi kita.

Kita hanya bisa mensyukuri kehadian mereka, karena Tuhan menitipkan rencana-Nya atas kita dengan kehadiran mereka.

“Saya awalnya sangat marah dan selalu melihat dengan rasa benci jika ingat menantuku,” kata seorang bapak. “Ia datang ke rumah ini tanpa membawa apa pun, namun kami menyambutnya dengan suka hati,” sambungnya.

“Awalnya semuanya berjalan baik dan sesuai harapan kami, khususnya anakku yang dipersuntingnya,” ujarnya. “Namun semuanya berubah, ketika menantuku itu mempunyai pekerjaan dan kedudukan yang baik di masyarakat,” tuturnya.

“Padahal untuk mendapatkan pekerjaan itu, semua modal datang dari kami,” sambungnya. “Ia benar-benar jadi lupa diri. Ibaratnya, kacang lupa kulitnya,” katanya. “Sikapnya menjadi kasar dan memaksakan kehendak pada anak dan istErinya,” ujarnya.

“Sampai suatu hari, anakku menyampaikan ketidakmampuannya bertahan dalam hidup berrumahtangga bersama menantuku itu,” kisahnya. “Apalagi, menantuku telah berpaling dengan perempuan lain,” paparnya.

“Saya mencoba mengajak bicara dengan menantuku itu, tetapi dia bergeming dan tidak mengakuinya,” katanya.

“Padahal sudah ada bukti-bukti yang saya lihat dari anakku,” lanjutnya.

“Sejak saat itu, anakku memilih pisah dengannya dan tidak berapa lama kemudian menantuku menikah dengan perempuan lain itu dengan mengikuti agama perempuan itu,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.”

Menantuku membawa banyak pelajaran iman bagiku sekeluarga khususnya anakku perempuan.

Kehadirannya telah menguji batin kami, tetap setia pada Tuhan atau meninggalkan ajaran dan kehendak Tuhan.

Kini kami sadari bahwa iman memang menuntut pilihan tegas, mengikuti Yesus secara penuh atau tidak sama sekali.

Tidak jarang iman tidak bertumbuh karena langkah kami diberatkan oleh urusan-urusan duniawi dan pertimbanganya.

Saya bersyukur anakku secara tegas memilih Tuhan Yesus dan melepaskan suaminya.

Memang kehadiran anak-anaknya memberatkan pilihannya, namun demi anak pula, akhirnya anakku teguh memilih mengikuti Tuhan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku tetap memilih Tuhan Yesus meski ditentang dan bahkan ditinggalkan orang yang aku cintai?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here