Bacaan 1: Rm 8:18-25
Injil: Luk 13:18-21
Tak seorang pun pasti mau hidup menderita. Namun pada kenyataannya, orang tak mampu menghindari penderitaan selama masih hidup di dunia.
Penderitaan yang dialami di dunia bisa datang karena masalah ekonomi, masalah yang tak kunjung usai (saat pandemi Covid-19), peperangan, ditinggal pergi seseorang atau penderitaan karena iman dan sebagainya.
Karena frustasi tak mampu mengatasi penderitaan, banyak orang lalu kecewa, putus asa dan melarikan diri pada hal-hal yang lebih buruk. Padahal apa yang ada di dunia termasuk penderitaan semuanya bersifat sementara.
Hal ini dikatakan oleh Rasul Paulus dalam pengajarannya kepada jemaat Roma.
“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.”
Pada saat akhir zaman nanti, Tuhan Yesus akan datang dalam suatu hari yang disebut sebagai “Hari Tuhan”. Pada saat itu, umat kristiani akan menerima kemuliaannya.
Penderitaan karena iman Kristus sebagai bagian dari persekutuan dengan Kristus dalam penderitaan-Nya. Jadi penderitaan zaman ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan datang, yang akan dinyatakan kepada kita orang percaya kepada-Nya.
Di Indonesia, katolik sebagai umat minoritas kadang masih menerima penderitaan atau ketidakadilan saat melakukan ibadahnya. Kesulitan membangun gereja, kadang ada yang melarang berkebaktian atau sekedar latihan koor di rumah.
Maka Tuhan Yesus berpesan, agar sebagai minoritas tidak perlu minder karena menerima penderitaan dan ketidakadilan. Namun justru dituntut mampu menghadirkan Kerajaan Allah bagi sekitarnya.
Tuhan Yesus memberikan perumpamaan biji sesawi yang sangat kecil dan ragi yang meski hanya sedikit namun mampu memberi pengaruh yang besar dan menghadirkan Kerajaan Allah bagi sekitarnya.
Kerajaan Allah itu:
“Seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.
Ia juga seumpama, ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”
Pesan hari ini
Penderitaan di dunia hanya sementara dan tak sebanding dengan kemuliaan yang akan diterima asal tetap teguh dalam iman (tidak murtad).
Menjadi minoritas tak perlu diratapi namun justru dituntut menghadirkan Kerajaan Allah bagi sekitar, sama seperti biji sesawi dan ragi.
“Sejatinya, penderitaan adalah sebuah pengalaman yang mengajarkanmu untuk menjadi kuat.”