Jumat 3 November 2023.
- Rm. 9:1-5.
- Mzm. 147:12-13,14-15,19-20;
- Luk. 14:1-6.
BERBUAT kebaikan sudah seharusnya dilakukan setiap orang.
Derita dan kesusahan orang lain mestinya menggerakkan hati kita untuk bertindak sesuatu bagi mereka yang menderita.
Namun, jika mengamati lingkungan sekitar, akan tampak fenomena yang sangat berbeda jauh.
Ada orang yang justru kapok, bahkan enggan untuk menjadi orang yang baik ke depannya.
Salah satu alasan mengapa seseorang takut berbuat baik yaitu adanya pengalaman buruk di masa lalu.
Ia pernah melakukan setitik kebaikan, namun hal itu disalah gunakan. Bahkan kebaikan yang dilakukan berbalik merugikan dirinya sendiri.
“Ada aturan tidak boleh memberi uang pada pengemis yang meminta belas kasihan di perempatan jalan,” ujarnya
“Saya kadang bergulat antara menaati aturan ini, yakni tidak memberikan uang pada mereka dan dengan memberikan uang pada mereka karena melihat situasi mereka yang cacat dan menderita,” sambungnya.
“Tidak usah diberi, mereka ini menjual penderitaan dan kondisi mereka sengaja didramatisir untuk menarik perhatian. Mereka ini sudah diorganisir dan jadi lahan penghidupan mereka,” kata sahabatku.
“Memberikan uang pada mereka itu, tidak mendidik mereka dan bahkan membuat mereka semakin terikat pada organisasinya,” ujarnya
“Kalau mau memberi derma atau bantuan berikan kepada pekerja kasar, tukang becak, pedangan asongan. Mereka itu bekerja dan berusaha. Tidak sekadar minta-minta,” paparnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya.
Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: “Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada Hari Sabat atau tidak?”
Yesus menghadapi sebuah dilema bersama orang-orang Farisi. Ia sedang makan di rumah orang Farisi. Ketika ada orang yang sakit busung air di hadapan mereka. Padahal hari itu hari sabat.
Orang Farisi taat pada hukum Taurat. Pada hari Sabat tidak boleh bekerja.
Di lain pihak ada orang sakit yang harus diselamatkan. Yesus makin mempertajam masalah dengan berkata, “Siapakah di antara kalian yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur, tidak segera menariknya keluar, meski pada Hari Sabat?”
Bagi Yesus nyawa orang lebih penting daripada taat hukum namun membiarkan orang menderita. Keselamatan orang di atas segalanya.
Bagaimana dengan diriku?
Bagaimana sikapku jika harus menghadapi masalah dilematis seperti itu?