MARI sedikit mengulik apa dan bagaimana Kongregasi Zusters Fransiscanessen van Dongen yang kemudian dikenal sebagai Suster Fransiskus Dina ini. Dengan mendalami apa isi Statuta Kongregasi Suster Fransiskus Dina (SFD).
Dalam statutanya, sedari awal sudah dengan sangat jelas ditegaskan bahwa tujuan didirikannya Kongregasi SFD ini adalah untuk mengampu karya bidang pendidikan. Hal ini memang terkait dengan sejarah. Karena fokus pelayanan pendidikan SFD adalah kaum muda perempuan yang tersisihkan di masyarakat karena dampak budaya patriarkal.
Mengapa demikian?
Semua ini terjadi karena pengaruh terjadinya Revolusi Perancis, Revolusi Industri, dan Perang Belgia. Deretan peristiwa-peristiwa penting ini membawa dampak serius di masyarakat. Karena kemiskinan dan kemerosotan moral kemudian juga menyeruak muncul di kalangan umum masyarakat.
Semua ini terjadi di awal abad XIX dan melanda seluruh daratan Eropa. Tak terkecuali juga melanda pensionat dan asrama calon guru di Dongen, Negeri Belanda.
Sebagai guru sekaligus pendidik, para suster diajak untuk tepat dan teliti dalam bergaul dengan para siswa. Tidak hanya itu, para suster kemudian berprakarsa memberi kursus berbagai keterampilan kerajinan tangan. Dilakukan untuk membekali kehidupan para siswa serta melatih kesopanan. (lih. SKPRD, hlm. 28).
Sudah sejak awal, Kongregasi SFD berkeinginan mau mendidik kaum muda perempuan dengan berbasis pada nilai-nilai spiritualitas dan berbudaya. Juga ingin mendidik anak-anak sesuai bakat dan minat masing-masing.
Ini terjadi jauh sebelum Kurikulum Merdeka dicetuskan oleh pemerintah beberapa tahun belakangan ini.
Program pendidikan di sekolah-sekolah Katolik yang diampu oleh para Suster SFD ini tidak menerapkan konsep pemisahan:
- Antara waktu untuk belajar dan waktu untuk pembentukan pribadi.
- Antara memperoleh pengertian dan bertumbuh dalam kebijaksanaan. (lih. Identitas Sekolah Katolik untuk Budaya Dialog, Art. 23) (Berlanjut)
Baca juga: Kongregasi SFD, Gesubsidierde Rooms Katholieke Europese Lagere School St. Joseph (2)
