Sabtu, 11 November 2023
PW St. Martinus dari Tours (uskup)
Bacaan Injil: Luk 16:9-15
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar” (Luk 16:10)
Saudari/a ku ytk,.
SANTA Teresa dari Kalkuta pernah berkata: “Kita dipanggil tidak untuk sukses, tetapi untuk setia”. Setia pada apa? Setia pada hal-hal yang kecil dan setiap pada proses.
Di tengah dunia modern ini, hidup kita diwarnai suasana serba cepat, serba instant, cepat saji, dsb. Orang bisa tergoda untuk mengutamakan hal-hal yang spektakuler, memukau dan tepuk tangan. Kalau tidak hati-hati, orang tidak tahan dengan ketekunan terhadap hal-hal yang kecil dan proses yang dijalani.
Bacaan Injil pada Peringatan Wajib Santo Martinus (335-397) ini mengingatkan kita untuk menekuni, mengusahakan dan merawat ketekunan terhadap hal-hal yang kecil dalam hidup ini.
Biasanya orang yang setia dalam hal kecil akan dipercaya untuk hal-hal yang besar. Orang yang bisa diandalkan dalam hal sederhana akan dipercaya untuk sesuatu yang lebih besar lagi.
Santo Martinus menjadi contoh orang yang setia dan peduli pada hal yang kecil. Pada musim dingin, Martinus berpapasan dengan seorang pengemis malang yang sedang kedinginan di pintu gerbang kota. Pengemis itu mengulurkan tangannya meminta sesuatu dari padanya.
Dia tidak membawa uang sesen pun pada waktu itu. Apa yang dilakukannya? Tergerak oleh belaskasihannya yang besar pada pengemis itu, ia segera menghunus pedangnya dan membelah mantelnya yang indah itu: sebagian untuk dia dan sebagian diberikan kepada pengemis itu.
Pada malam itu juga, Yesus bersama sejumlah malaekat Allah menampakkan diri kepadanya. Dalam penglihatan itu Martinus melihat Yesus mengenakan mantel setengah potong yang sama dengan bagian mantel yang diberikan kepada pengemis malang tadi.
Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menegaskan, “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar”.
Demikian pula dalam hal pertumbuhan iman dan hidup panggilan. Hal itu membutuhkan proses. Seperti merawat tanaman, bermula dari kecil sampai berkembang besar. Di sana iman butuh disirami, dipupuk, dan dirawat. Lewat apa? Doa, devosi, Ekaristi, ziarah dan peduli berbagi pada sesama.
Demikian pula dengan hidup panggilan dan pelayanan. Agar bisa tumbuh dengan baik, hidup panggilan dan pelayanan juga perlu dirawat dan ditumbuhkembangkan dengan tekun setiap hari.
Hal yang sama juga berlaku dalam hidup perkawinan/berkeluarga. Kesetiaan merawat cinta suami-isteri juga penting. Bisa dilakukan lewat hal yang sederhana dari hari ke hari.
Jika tidak, kasih suami-isteri bisa lama kelamaan menjadi kering dan gersang. Orang akan mudah bosan, mencari pelarian dari keluarga, dan akhirnya anak-anak menjadi korban.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana usaha Anda untuk merawat hidup panggilan atau hidup perkawinan selama ini? Selamat berakhir pekan.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang).# Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)