Bacaan 1: 1Mak 2:15-29
Injil: Luk 19:41-44
Saat berjumpa dengan teman lama, kami larut dalam obrolan tanpa arah alias ngobrol apa saja. Lalu secara iseng saya bertanya, kenapa jabatannya hanya disitu saja (tidak naik jabatan). Ia menjawab bahwa jika mau, bisa saja saat ini sudah menjadi pimpinan dan kaya raya. Namun ia memilih tetap menjalani seperti saat ini.
Saya tanya lagi, “Kenapa begitu?”
“Saya pernah ditawari naik jabatan namun harus melepas imanku pada Tuhan Yesus. Dan tentu saja tidak mau.
Saya sudah ditebus dengan darah Kristus yang sangat mahal. Maka saya tidak akan melepaskannya.”
Matatias adalah seorang yang benar di hadapan Allah dan setia dalam imannya. Ia dipaksa murtad dan memberi persembahan (menyembah) pada raja namun menolak.
“…namun aku serta anak-anak dan kaum kerabatku terus hendak hidup menurut perjanjian nenek moyang kami.
Semoga Tuhan mencegah bahwa kami meninggalkan hukum Taurat serta peraturan-peraturan Tuhan.
Titah raja itu tidak dapat kami taati dan kami tidak dapat menyimpang dari ibadah kami* baik ke kanan maupun ke kiri!”
Matatias dan keluarga ditawari relasi yang baik dengan raja serta hadiah-hadiah termasuk emas dan perak dengan catatan harus murtad. Namun ia tidak mempedulikannya.
Ketika Tuhan Yesus telah dekat Kota Yerusalem dan bisa memandangnya, Ia menangis. Bukan karena dinista Ia menangis namun justru oleh hiruk pikuk orang-orang yang mengelu-elukan-Nya saat masuk kota.
Tuhan datang menjumpai mereka namun salah dalam memahaminya. Mereka pikir, Tuhan Yesus datang sebagai pemimpin perang yang akan membebaskan dari penjajah Romawi. Harapan itu tentu saja tidak terwujud, sebab mereka tidak tahu dan tidak mau tahu bahwa Ia adalah Mesias yang datang untuk menebus dosa umat manusia.
“Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!* Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.
…karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
Pesan hari ini
Dunia memang selalu mempesona, namun apakah kamu punya ketetapan hati dan berani menolaknya demi iman Kristus?
“Dalam hal relasi, tetap setia bukanlah sebuah sebuah pilihan, namun prioritas. Kesetiaan adalah segalanya.”