Senin. Hari biasa (H)
- Dan. 1:1-6.8-20
- MT Dan. 3:52.53.54.55.56
- Luk. 21:1-4
Lectio
1 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. 2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
3 Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. 4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”
Meditatio-Exegese
Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian
Kerajaan selatan, Yehuda, yang diperintah wangsa Daud, runtuh pada tahun ketiga pemerintahan Raja Yoyakim. 597 sebelum Masehi, Nebukadnezar menghancurkan kerajaan itu dan membuang raja, kaum bangsawan, pejabat dan rakyat jelata ke Babel.
Karena Nebukadnezar bertanggung jawab atas pembuangan kaum Yahudi ke Babel, ia banyak disebut dalam Kitab Nabi Daniel. Dua kali Daniel menafsirkan mimpinya (Dan. 2:1-49; 4;1-37); dan tiga kali raja mengakui Allah Israel (Dan. 2:46-49; 4:1-3; 4:37).
Raja Babel tetap menggunakan orang-orang Yahudi yang dipandang cakap tak hanya untuk mengurus kepentingan kamunitas mereka, tetapi juga melayani raja. Empat orang dipilih, yakni: Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya.
Keempat orang muda harus mengikuti pelatihan khusus, tak hanya tentang pengetahuan atau kebijaksanaan asing, tetapi juga tentang makan dan minum. Tetapi, mereka tetap memegang teguh Hukum Allah, sehingga menjadi pribadi tak bercela.
Tiap pribadi harus memiliki kesetiaan pada Allah tanpa perlu memisahkan diri dari tata pergaulan dengan sesama manusia. Maka, di tengah karya di antara begitu beragam manusia, tiap murid Tuhan sadar bahwa dia “merupakan teman sekerja Allah yang tidak sadar, tetapi dapat juga secara sadar memperhatikan rencana ilahi dalam perbuatannya, dalam doanya, tetapi juga dalam penderitaannya.” (Katekismus Gereja Katolik, 307).
Atas kesetiaan mereka, Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat. Terlebih Daniel dianugerahi pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi (Dan. 1:17).
Meringkas karya para pemuda Yahudi di Babel dan sadar akan kebijaksanaan yang dianugerahkan Allah, Santo Hippolytus dari Roma menulis, “Sang Sabdalah yang menganugerahkan mereka kebijaksanaan dan menjadikan mereka saksi yang setia pada-Nya di Babel, agar melalui mereka apa yang disembah di Babel dipermalukan.
Nebukadnezar dikalahkan oleh tiga orang pemuda yang diuji imannya di dapur api. Susanna yang kudus dibebaskan dari mulut kematian yang menganga; dan jerat kejahatan yang merebak sejak kuna tetap dipasang.
Inilah kemenangan yang dipersembahkan keempat orang muda di Babel. Mereka semua dikasihi Allah dan menghayati takut akan Allah di hati mereka.” (Commentarium In Danielem, 1, 11).
Peti persembahan
Sikap doa antara orang Farisi dan pemungut cukai pernah diperlawankan Yesus (Luk. 18:9-14). Kini ia memperlawankan persembahan orang kaya dengan janda miskin. Santo Lukas menggunakan kata γαζοφυλακιον, gazophulakion – tempat menyimpan harta, ruang harta, dan, dalam perikop ini, bermakna ‘peti persembahan’.
Menurut Mishnah, di Bait Allah terdapat tiga belas peti persembahan. Tiap jemaat memasukkan uang persembahan melalui lobang seperti terompet.
“Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.” (Luk. 21:1). Santo Lukas menggunakan kata πλουσιους, plousious, bermakna: berlimpah ruah, jumlah yang amat banyak dan melebihi kewajaran. Maka, orang itu pasti memiliki harta sangat berlimpah, seperti Zakheus.
Mungkin orang-orang itu menaruh uang persembahan di mulut terompet dan membiarkannya jatuh berdenting di peti persembahan.
“Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.” (Luk. 21:2). Tak terlalu sulit mengetahui jumlah uang yang dipersembahkan di peti persembahan.
Tiap orang yang mengamati suara jatuhnya keping uang, pasti mampu membedakan bunyi uang logam. Dari denting bunyi, ia mampu membedakan mana mata uang perak, uang tembaga dan uang perunggu, yang terkecil nilainya pada abad ke-1 M di Israel.
Janda miskin itu memasukkan dua kepeng, δυο λεπτα, duo lepta. Dua keping leptos senilai dengan 1/128 dinar atau upah sehari. Seandainya, upah kerja sebesar Rp. 100.000 per hari, ia mempersembahkan kira-kira Rp. 1.000.
Janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu
Si janda itu sangat berkekurangan dan hidup dari belas kasih orang lain. Ia hanya memiliki sedikit, tetapi ia ingin mempersembahkannya pada Allah. Mengabaikan kebutuhan untuk membeli santap malam, ia mempersembahkannya.
Sudah biasa orang memperhatikan persembahan/sumbangan berjumlah besar. Mereka abai pada yang mempersembahkan sedikit. Mereka abai pada suka cita orang yang mempersembahkan yang sedikit itu. Tetapi Yesus memperhatikan apa yang tidak diperhatikan orang banyak.
Kata περισσευοντος, perisseuontos, kelimpahan atau jumlah yang berlebihan diperlawankan dengan kata υστερηματος, husterematos, berkekurangan. Dan janda itu, ternyata memberikan seluruh nafkahnya.
Si janda memberikan hidupnya, βιον, bion, dari kata bios. Ia memberikan hidupnya pada Sang Sahabat, Allah.
Maka, Yesus bersabda (Yoh. 15:13), “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”, maiorem hac dilectionem nemo habet, ut animam suam quis ponat pro amicis suis.
Katekese
Amal kasih dan bela rasa tak pernah sia-sia. Santo Leo Agung, 400-461.
“Walau pun beberapa orang yang berhati dengki tidak pernah tumbuh dewasa dalam kebaikan, karya amal kasih tidak pernah sia-sia, dan kemurahan hati tidak pernah gagal walaupun itu ditawarkan pada orang yang tak tahu terima kasih.
Semoga tak ada seorang pun, saudara terkasih, menjadi orang asing pada karya yang baik ini. Saya berharap tiada seorang pun yang menyatakan dirinya miskin menyatakan bahwa ia selalu berkekurangan dan kemiskinannya membuatnya tidak mampu menolong orang lain.
Apa yang dipersembahkan dari kekurangannya selalu bermakna besar; dan dalam pertimbangan ilahi, jumlah pemberian tidak pernah menjadi tolok ukur. Yang menjadi tolok ukur adalah niat baik yang tumbuh dalam jiwa.
Si ‘janda’ dalam Injil memasukkan dua kepeng dalam peti persembahan. Dan persembahannya mengatasi semua persembahan semua orang kaya. Tiada amal kasih yang tak bernilai di hadapan Allah. Ia telah menganugerahi manusia secara berbeda-beda, tetapi Ia tidak pernah menuntut belarasa yang berlainan” (Sermon 20.3.1)
Oratio-Missio
Tuhan, semua yang ada padaku berasal dari-Mu. Sadarkanlah aku untuk memberi dengan suka rela dan murah hati, karena apa yang ada padaku berasal dari-Mu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk memberikan seluruh diriku kepada Allah?
haec autem ex eo, quod deest illi, omnem victum suum, quem habuit misit – Lucam 21:4