Kamis 23 November 2023.
- 1Mak. 2:15-29.
- Mzm. 50:1-2,5-6,14-15.
- Luk. 19:41-44
KITA ini sering kali dihadapkan pada berbagai kesenangan atau tantangan dalam hidup.
Selain itu, kita juga dapat merasakan berbagai perasaan senang, sedih, marah, hingga rasa terpuruk.
Saat menjumpai berbagai masalah dalam hidup yang cukup rumit, biasanya seseorang akan merasa sedih atau bahkan merasa terpuruk.
Sebetulnya, masalah yang dihadapi oleh seseorang tak akan membuatnya jatuh serta gagal.
Masalah ini justru akan mengajarkan untuk terus memperbaiki diri, terus bersyukur, serta berpikir lebih dewasa.
“Saya sangat kecewa, hingga terlalu sedih jika memikirkan adik saya,” kata seorang anak muda.
“Bagaimana saya bisa tenang melihat pergaulan adik saya. Teman-temannya sangat liar, kenakalannya bukan lagi kenakalan anak-anak tetapi telah menjurus pada kriminal,” paparnya.
“Sudah beberapa kali ibu menasihati tetapi tidak digubrisnya, bahkan setiap kali ibu bicara ditanggapi hingga terjadi keributan,” sambungnya.
“Hingga akhirnya ibu lebih banyak diam, dan aku pun demikian karena diajak omong baik-baik pun akan ditanggapi dengan emosi dan jawaban yang ketus,” lanjutnya.
“Adik saya akhirnya benar-benar salah jalan hingga suatu hari ditangkap polisi karena terlibat dalam perdagangan obat terlarang,” katanya.
“Penyesalan selalu datang terlambat namun inilah yang terjadi bahwa adikku, kini hanya bisa menyesali kesalahan dan perbuatannya,” tegasnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, ”Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya:”Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.”
Menarik bahwa Yesus tidak diceritakan menangis ketika Dia dicaci, dibenci, disalahmengerti, bahkan disalib sampai mati.
Dia justru dicatat menangis, ketika sedang dielu-elukan memasuki kota Yerusalem.
Dia menangisi Kota Allah itu karena manusia di dalamnya tidak menyadari apa sesungguhnya yang mereka perlukan untuk kebaikan mereka.
Menurut Yesus, penduduk Yerusalem belum mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka.
Alasan Yesus ini berkait dengan syalom (damai) yang disandang oleh Yerusalem. Sebagai sebuah kota, Yerusalem memang tidak memancarkan damai, malahan senantiasa rusuh.
Tuhan telah melawat mereka, tetapi mereka tidak tahu, dan tidak mau tahu, sehingga ketika kebinasaan itu datang, mereka pun tergilas habis.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mengerti apa yang membuatku bersedih dan apa yang membuatku bahagia?