Bertanggungjawab atas Pilihan

0
330 views
Ilustrasi - Menerima alih tanggungjawab. (Ist)

Minggu 26 November 2023.

  • Yeh. 34:11-12,15-17;
  • Mzm. 23:1-2a,2b-3,5-6;
  • 1Kor. 15:20-26,28;
  • Mat. 25:31-46.
  • MENJALANI hidup dengan sembarangan atau dengan penuh tanggungjawab adalah pilihan setiap orang.

Tidak ada yang akan memaksa kita untuk memilih pilihan mana yang akan diambil. Sebab pada akhirnya, kita juga yang akan menjalani kehidupan ini dan mempertanggungjawabkannya.

Setelah kehidupan di dunia ini kita akan menerima pengadilan untuk masuk surga atau neraka.

Surga itu bukan tujuan namun karuania yang kita terima akibat dari perbuatan kita.

Seseorang yang masuk surga bukan karena amal, tetapi karena anugerah Tuhan. Jadi, manusia mendapatkan tempat keabadian itu karena anugerah Tuhan.

Sedangkan neraka bisa didapatkan seseorang akibat perbuatan buruk yang dijalani dan dihidupinya.

“Ngunduh wohing pakarti” dalam bahasa Indonesia, pepatah Jawa tersebut berarti: Setiap orang akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya. Itulah situasiku saat ini,” kata seorang bapak.

“Sesal kemudian memang tidak ada artinya namun kesadaran akan hidup saat ini yang menjadi buah perilaku masa lalu membuatku tidak terlalu nestapa,” lanjutnya.

“Saya hanya bisa menjalani ‘hukuman’ dari jejak sesatku masa lalu,” tandasnya.

“Anak-anakku tidak ada yang dekat denganku, bahkan mereka selalu menjaga jarak denganku,” ujarnya.

“Saya dulu terlalu keras dengan mereka dan bahkan saya tidak memperhatikan mereka dengan penuh kasih sayang, karena saya harus membagi segalanya dengan perempuan lain,” katanya lagi.

“Bahkan saya meninggalkan mereka dan menelantarkan mereka,” sambungnya.

“Kini di kala usia tua dan saya hidup sendiri karena saya ditinggal perempuan itu, anak-anak sudah terbiasa tidak dekat dan tidak membutuhkan aku,” paparnya.

“Hidup ini pilihan, dan saya harus menanggung akibat dari pilihan yang telah aku ambil,” tegasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,” Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.

Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”

Allah memanggil kita untuk mengasihi orang lain dengan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri.

Allah menempatkan kita di tengah persoalan dunia, khususnya pada orang-orang yang menjadi kurban persaingan kehidupan ini.

Melihat penderitaan dan kesusahan yang ada, Tuhan memberi kita pilihan untuk mengambil tindakan; mengabaikan atau peduli.

Tuhan Yesus tidak mengatakan agar kita sengaja melakukan beberapa hal untuk orang lain demi mendapatkan perlakuan yang sama. Tetapi Yesus lebih menekankan agar kita melakukan sesuatu yang pantas kita lakukan kepada orang lain.

Melakukan yang pantas, seperti seorang bapak yang sepantasnya mencintai isteri dan anaknya dengan sepenuh hati, dan dengan cinta yang tidak terbagi. Kegagalan akan sikap ini akan ditanggung sampai akhir hayatnya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sudah siap menerima konsekuensi dari pilihan sikapku saat ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here