Lectio Divina 08.01.2024 – Engkaulah Anak-Ku Yang Kukasihi

0
214 views
Ilustrasi: Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, by Benjamin West, 1738-1820.

Senin. Pesta Pembaptisan Tuhan (P)

  • Yes. 55:1-11
  • MT Yes. 12:2-3.4bcd.5-6
  • 1Yoh. 5:1-9
  • Mrk. 1:7-11

Lectio

7 Inilah yang diberitakannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. 8 Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”

9 Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. 10 Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. 11 Lalu terdengarlah suara dari surga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Meditatio-Exegese

Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku

Seluruh Israel terkejut saat Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan. Pemimpin agama di Yerusalem mengutus utusan khusus untuk memastikan apakah ia adalah Mesias yang diharapkan (bdk. Yoh. 1:19).

Yohanes menyadari bahwa dia bukanlah Mesias yang diharapkan. Ia dipanggil untuk mempersiapan kedatangan-Nya dalam waktu segera (Mrk. 1:7-8).

Di hadapan Sang Mesias ia merendahkan diri, hingga pada taraf yang lebih rendah dari budak. Salah satu tugas budak adalah melepaskan dan membawa  sepatu sang tuan, ketika ia masuk rumah atau ruang pesta.

Yohanes bukanlah orang yang kuat atau berkuasa. Yang kuat dan berkuasa akan datang sesudah dirinya. Santo Markus menggunakan ungkapan ισχυροτερος, ischyroteros, yang berkuasa atau kuat. Sebagai “Orang yang kuat”, ισχυρου, ischyrou, Yesus mampu mengalahkan setan (Mrk. 3:23-27).

Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus

Pembaptisan merupakan ritus untuk membuat seseorang kembali suci. Ritus ini dilaksanakan  dengan cara mandi atau menyuci dengan air (bdk. Mrk. 7:1-4).

Kata baptis berasal dari kata Yunani, εβαπτισο, ebaptiso dari kata dasar baptizo, dengan makna: mandi, menenggelamkan seluruh badan ke air. Dalam Perjanjian Lama kata ini jarang digunakan, karena memiliki arti negatif: mencelupkan, menenggelamkan, dengan menghanyutkan atau tenggelam di dalam air.

Satu-satunya kata yang tidak memiliki makna negatif adalah kisah penyembuhan Naaman. Ia diminta menenggelamkan tubuhnya beberapa kali di Sungai Yordan atas perintah Elisa (2Raj. 5:14). Sejak peristiwa inilah pembaptisan memiliki arti positif.

Pada abad ke-1 praktik pembaptisan umum dilakukan masyarakat Yahudi, termasuk kaum Eseni di Qumran. Yang dilakukan Yohanes diketahui banyak orang (bdk. Mrk. 1:4).  Ia membaptis dengan air yang mengalir di tepi Sungai Yordan, bukan dengan air yang dipersiapkan untuk upacara keagamaan.

Tetapi, di samping melakukan apa yang sudah dikenal umat, ia menambahkan pembaharuan. Ia tak hanya  menuntut βαπτισμα, baptisma, kesediaan dibaptis. Tetapi juga μετανοιας, metanoias, pertobatan, agar dosa mereka diampuni.

Ia lebih menuntut perubahan moral dan perilaku (bdk. Luk. 3:8.10-14). Dan umat di Yudea dan Yerusalem dengan suka rela memberi diri mereka untuk dibaptis olehnya (Mrk. 1:5).

Sementara itu sumber di luar Injil, sejarahwan Yahudi, Flavius Josephus, bersaksi Yohanes Pembaptis  “adalah orang yang baik. Ia mendesak orang Yahudi untuk melakukan kebenaran, yakni berlaku adil terhadap satu sama lain dan menghormati Allah.” (Antiquities of the Jews, 18.5.2).

Tetapi Yohanes menegaskan bahwa pembaptisannya hanya merupakan persiapan untuk pembaptisan yang lebih hakiki. Yang hakiki,  pembaptisan dengan ‘Roh Kudus’ dan ‘api’ terkait dengan pengadilan terakhir oleh Allah (bdk. Mrk. 1:7-8; Mat. 3:11).  

“Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” menggenapi pembaptisan di akhir jaman, seperti nubuat para nabi (bdk. Yl. 3:1-5). Pembaptisan dengan Roh Kudus bermakna bahwa Allah mentahirkan manusia dari segala dosa dan kenajisan.

Ia menganugerahkan hati dan roh baru dalam batin; menjauhkan hati yang keras; menggantinya dengan hati yang taat.  Roh-Nya yang ditempatkan di dalam batin membuat manusia hidup menuruti, berpegang dan melakukan peraturan-Nya (bdk. Yeh. 36:25-27).

Ia melihat langit terkoyak

Yesus datang dari Nazaret di Galilea untuk dibaptis Yohanes. Ia, yang sama seperti kita manusia, namun tanpa dosa, bersedia dibaptis. Yohanes memahaminya dengan baik (Mat. 3:14).

Yesus segera meminta dibaptis oleh sepupuNya, anak Zakaria dan Elizabet, tanpa penundaan. Setelah pembaptisan, Ia akan menggenapi seluruh karya perutusan-Nya di kayu salib dan kebangkitan pada hari yang ketiga. Ia benar-benar tinggal bersama manusia.

Saat Yesus keluar dari air Sungai Yordan, suara dari langit terdengar. Suara itu menunjukkan Yesus tidak hanya ‘lebih berkuasa’ dari pada Yohanes. Ia juga jauh lebih bermartabat dari anak Zakharia itu. Namun, ia justru mau menyatukan diri dengan para pendosa.

Santo Paulus bersaksi, Yesus ”walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp. 2:6-7).

Nubuat Nabi Yesaya, “Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun” (Yes. 64:1), terpenuhi. Allah memulihkan relasi dengan manusia. Melalui karya penebusan Yesus relasi baru dibangun kembali.

Saat Ia wafat, tabir Bait Suci terbelah dua (Mrk. 15:38), seolah-olah seperti ada tangan dari langit menebaskan pedang amat tajam untuk mengoyakkan tabir. Paskah baru ditandai dengan kesediaan Yesus menerima baptisan, kematian dan kebangkitan-Nya dari maut (bdk. Luk. 12:50).

Saat Yesus keluar dari air, langit dibuka dan Roh Kudus turun dan hinggap di atas-Nya. Saat menanti kedatangan Roh sudah usai, dan dibukalah jalan yang menyatukan Allah dengan manusia. Roh Kudus menyertai Yesus, menjaga-Nya selalu dalam melaksanakan tugas perutusan dari Bapa.

Roh yang turun atas Yesus digambarkan seperti merpati. Saat air bah surut, pada jaman Nabi Nuh, merpati dilepaskan untuk mengetahui apakah air sudah surut dan bumi mengeluarkan tumbuhan (Kej. 8:8-12).

Merpati, di samping, melambangkan kesetiaan dan kesediaan untuk menetap (bdk. Yoh. 1:32), menunjukkan Roh Allah hadir dan melayang-layang di atas permukaan air (Kej. 1:2). Maka, bersama Yesus penciptaan baru dimulai (bdk. Mat. 19:28; 2Kor. 5:17; Gal. 6:15) 

Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.

Allah bersabda melalui Nabi Yesaya, ”Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.” (Yes. 42:1). Tetapi, Santo Markus, tidak mengenakan gelar hamba pada Yesus, karena gelar yang disandang-Nya adalah Anak.

Mengacu pada Mzm. 2:7, ”Anak-Ku engkau. Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”, para penginjil mengenakan gelar Anak pada Yesus,  sungguh Allah dan sungguh manusia. Identitas Yesus sebagai Mesias, Yang Diurapi, Anak Allah (Dan. 7:13) dinyatakan. Identitas-Nya diketahui oleh setan yang disuruh-Nya diam (Mrk. 3:11; 5:7).

Identitas yang sama dinyatakan juga secara rahasia kepada tiga orang murid di gunung (Mrk. 9:7). IdentitasNya dinyatakan secara jelas kepada semua orang ketika Ia diadili,  “Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?” Jawab Yesus, “Akulah Dia” (Mrk. 14:61-62).

Dan pada saat Ia tergantung di salib, kepala pasukan Romawi, mewakili semua manusia, mengakui (Mrk. 15:39), “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.”, Vere homo hic Filius Dei erat.

Katekese

Ingatlah pembaptisanmu. Paus Fransiskus, 1936:

“Perayaan Pembaptisan Tuhan hari ini menutup Masa Natal dan mengundang kita merenungkan pembaptisan kita. Yesus menghendaki untuk menerima pembaptisan yang diwartakan dan dilayani Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan. Inilah pembaptisan untuk pertobatan: mereka yang hendak dibaptisnya mengungkapkan keinginan untuk dibersihkan dari dosa dan, dengan bantuan Allah, mereka bertekad untuk memulai hidup baru.

Maka, kita memahami betapa besarnya kerendahan hati Yesus, Yang tidak berdosa, ikut mengantri bersama orang yang akan mengaku dosa, berbaur di antara mereka untuk dibaptis di air sungai. Yesus sungguh rendah hati.

Dan dengan melakukan hal ini, Ia membuktikan apa yang kita rayakan pada hari Natal: kesediaan Yesus untuk membenamkan diri-Nya dalam sungai kemanusiaan, untuk menanggung segala kekurangan dan kelemahan manusia, untuk berbagi kerindukan mereka akan pembebasan dan kemenangan atas segala sesuatu menjauhkan orang dari Tuhan dan menjadikannya asing bagi saudara dan saudarinya.

Seperti halnya di Betlehem, bahkan di sepanjang tepi sungai Yordan, Allah menepati janji-Nya untuk menanggung kemalangan umat manusia, dan Yesus adalah tanda nyata dan definitif dari janji itu. Dia memikul kita semua di pundaknya. Ia memanggul kita semua, sepanjang hidup, di hari-hari kita.

Bacaan Injil hari ini menekankan bahwa ketika Yesus “keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.” (Mrk. 1:10). Roh Kudus, yang telah berkarya sejak awal penciptaan dan memimpin Musa dan umat di padang gurun, kini turun sepenuhnya ke atas Yesus dan memberi-Nya kuasa untuk menyelesaikan tugas pengutusan-Nya di dunia.

Roh Kudus adalah pencipta baptisan Yesus dan baptisan kita. Dia membuka mata hati kita terhadap kebenaran, terhadap seluruh kebenaran. Dia mendorong hidup kita di sepanjang jalan amal kasih. Dia adalah karunia yang Bapa anugerahkan kepada kita masing-masing pada hari pembaptisan kita.

Dia, Roh Kudus, meneruskan kelembutan belas kasih ilahi kepada kita. Terlebih, Dialah, Roh Kudus, yang menggemakan sabda pewahyuan Bapa, “Engkaulah Anak-Ku.” (lih. Mrk. 10:11).

Perayaan pembaptisan Yesus mengundang setiap orang Kristen untuk mengingat baptisannya sendiri. Saya tidak dapat menanyakan apakah Anda ingat hari pembaptisan Anda, karena kebanyakan dari Anda masih bayi, seperti saya. Kita dibaptis saat masih bayi.

Namun saya mengajukan pertanyaan lain kepada Anda: tahukah Anda tanggal pembaptisan Anda? Tahukah Anda hari apa Anda dibaptis? Masing-masing memikirkannya. Dan jika Anda tidak tahu tanggalnya atau lupa, sekembalinya ke rumah, tanyakan pada ibu, nenek, paman, bibi, kakek, bapak baptis, ibu baptis Anda: tanggal berapa?

Kita harus selalu mengingat tanggal itu dalam ingatan kita, karena itu adalah tanggal perayaan. Itu adalah tanggal pengudusan awal kita. Itu adalah tanggal saat Bapa menganugerahi kita Roh Kudus yang mendorong kita untuk berjalan. Itu adalah tanggal pengampunan besar.

Jangan lupa: tanggal berapa saya dibaptis? Marilah kita memohon perlindungan lembut Ibu Maria, Yang diberkati, agar semua umat Kristiani dapat memahami dengan lebih baik karunia baptisan dan bertekad untuk menghayatinya sepanjang hidup, dan bersaksi tentang kasih Bapa dan Putra dan Roh.” (Sambutan, Angelus, di Lapangan Santo Petrus, 7 Januari 2018)

Oratio-Missio

Tuhan, penuhilah hatiku dengan Roh Kudus dan nyalakanlah dalam hatiku suka cita karena Injil-Mu. Tuntunlah aku untuk selalu setia menghayati janji baptisku. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk tetap setia pada janji baptisku? 

Tu es Filius meus dilectus; in te complacui  – Marcum 1:11

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here