Asistensi Natal dan Tahun Baru di Gereja Kapal St. Fransiskus Xaverius Pacitan, Jatim (1)

0
222 views
Persiapan Natal di Gereja St Fransiskus Xaverius Pacitan (Francesco Ranubaya)

PUJI syukur atas berkat Tuhan kita Yesus Kristus yang menjadi perantara umat Gereja yang satu, kudus, Katolik dan Apostolik. Juga yang atas kehendak-Nya telah mengizinkan saya bisa berjumpa dengan Romo Ferdinandus Eltyson Prayudi. Ia kini menjadi Pastor Rekan di Gereja Santa Maria Paroki Ponorogo, Jatim. Sekaligus juga merangkap jabatan sebagai Kepala Stasi Wilayah St. Fransiskus Xaverius Pacitan.

Perjumpaan tersebut berawal dari pelayanan Misi Umat Vinsensian (MUV). Terjadi  setahun lalu dan kemudian masih berlanjut hingga hari ini. Karena itu, saya diizinkan mempelajari situasi pastoral di Wilayah St. Fransiskus Xaverius selama liburan Natal  2023.

Ini berlangsung dari tanggal 23 Desember 2023 sampai 2 Januari 2024. Sesuai SK Pengutusan Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII.

Gereja Kapal Pacitan

Sebelum saya datang ke Stasi St. Fransiskus Xaverius Pacitan, saya melakukan searching informasi melalui Google. Tidak banyak informasi mengenai profil Gereja St. Fransiskus Xaverius Pacitan atau dikenal sebagai Gereja Kapal di Pacitan ini.

Menurut sumber yang saya dapat, Romo Sabas mengungkapkan bahwa Gereja Kapal Pacitan ini dirancang oleh mahasiswa universitas Katolik di Surabaya. Dilakukan dengan memadukan berbagai pemikiran tentang nilai-nilai Kristiani terutama Gereja Katolik (DetikNews, 2021).

Selain itu, Gereja tersebut dibangun dengan tujuan untuk mengangkat nilai kearifan lokal yaitu gelombang Samudera Selatan. Itu karena Kabupaten Pacitan sendiri terletak dengan Samudera Indonesia.

Berangkat ke Pacitan

Jauh hari sebelum tanggal 23 Desember 2023, saya telah memesan travel ke Pacitan. Akan tetapi, karena penumpang yang akan beranjak menuju Pacitan hanya saya sendiri), di H-1 saya diinformasikan oleh penyedia jasa travel bahwa keberangkatan dimajukan pada tanggal 24 Desember.

Oleh karena perubahan ini, saya tetap kokoh pendirian untuk tetap berangkat pada tanggal yang sudah ditetapkan; terutama di dalam Surat Keterangan dari Seminari Tinggi. Akhirnya, saya mencoba mencari informasi dari teman-teman dan menemukan jalur bus dari Malang, Surabaya, dan beberapa persinggahan lainnya. Saya berpikir bahwa mungkin saja di Surabaya nanti saya akan menemukan bus dengan rute Surabaya Pacitan.

Pada hari H, saya nekat pergi ke Terminal Arjosari pukul 04.00 subuh dan menemukan informasi bahwa memang ada bus dari Surabaya menuju Pacitan. Dengan tenang, saya berangkat dari Malang menuju Surabaya; kemudian turun sebentar dan lanjut menggunakan Bus Aneka Jaya arah Surabaya Pacitan.

Ketika tiba di Pacitan, saya dihubungkan dengan Mbak Luci, bendahara Gereja St. Fransiskus Xaverius Pacitan dan singgah di titik jemput: Aneka Jaya Motor. Setelah itu, saya dijemput Mas Eka menggunakan motor. Waktu tiba kira-kira pukul 16.00 WIB. Saya bersyukur, akhirnya setelah sekian lama dapat berjumpa kembali dengan Romo Ferdinandus Eltyson Prayudi alias Romo Yudi.

Romo Yudi pertama kali saya jumpai, ketika berada di Paroki Resapombo dan saat itu ia sedang memimpin misa di Stasi Tulungrejo. Awal perjumpaan ini menjadi kelanjutan pelayanan saya di Wilayah St. Fransiskus Xaverius Pacitan.

Romo Yudi dalam formatio  dikenal sebagai produk late vocation. Artinya sebelumnya juga sudah kuliah kemudian bekerja dan masuk seminari. Usia saya dan Romo Yudi juga tidak terpaut jauh. Saya 33 tahun, sementara ia 34 tahun.

Meskipun demikian, saya sangat menaruh hormat kepada Romo Yudi, tentunya karena ia adalah seorang imam, walaupun pembawaannya santai dan ringan. Tetapi bagaimana pun kharisma imamat tidak dapat saya abaikan.

Demikian saya selanjutnya mendapatkan tugas untuk membagikan komuni di malam Natal, Natal pagi dan membantu pesta Natal anak-anak di aula Gereja Kapal. Saya melakukannya bersama dua rekan hebat saya dari Seminari Tinggi Providentia Dei: Fr. Yubil dan Fr. Aldo.

Semua perjalanan dalam sepekan itu dapat saya katakan sangat bermakna, meskipun singkat. Karena di situ ada banyak pembelajaran yang saya peroleh. Saya tidak hanya menemukan sahabat baru, relasi rohani baru, semangat baru. Lebih dari itu juga mendapatkan pemantik semangat dalam menjalankan imamat.

Dalam refleksi ini, saya akan menuangkan banyak inspirasi yang saya peroleh melalui pribadi-pribadi, perjumpaan-perjumpaan dan nilai-nilai Kristiani yang selanjutnya saya sadari sebagai pondasi hidup dalam formatio. (Berlanjut)

Baca juga: Tentang Gereja Kapal St. Fransiskus Xaverius Pacitan (2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here