Aku Mau Sembuh

0
274 views
Ilustrasi - bed rumah sakit. (Ist)

Kamis, 11 Januari 2024

  • 1Sam. 4:1-11.
  • Mzm. 44:10-11.14-15.24-25.
  • Mark 1:40-45.

SETIAP orang pasti pernah merasakan sakit. Penyakit muncul karena berbagai hal, seperti dipicu lemahnya sistem kekebalan tubuh dan serangan virus.

Ketika sedang sakit, kondisi tersebut tentu mengganggu keseharian. Semangat pun ikut menurun, apalagi jika menghadapi penyakit yang tak kunjung sembuh atau berulang kali datang.

Di saat seperti itu, seseorang yang tergolek sakit membutuhkan dorongan semangat agar berani dan kuat menghadapi penyakitnya serta cepat pulih, untuk selanjutnya menjalani hari-hari secara normal kembali.

“Sudah cukup saya sesali, situasiku saat ini adalah buah dari perilaku di masa lalu,” kata seorang bapak. “Kini aku harus cuci darah dua kali setiap Minggu,” lanjutnya.

“Saya hanya berusaha mengubah dan mengikuti apa kata dokter saja sekarang ini, seraya berharap ada mukjizat untuk menjalani hari demi hari dengan tubuh ini,” ujarnya.

“Setiap kali muncul dalam benakku, seandainya saja dulu saya hidup dengan pola yang benar, pola makan, pola kerja, pola istirahat mungkin saya tidak harus berada dalam kondisi seperti ini,” urainya.

“Semua kini aku jalani dengan sunyi, banyak orang memandangku dan memperlakukanku sebagai orang sakit. Hal ini kadang membuatku merasa ringkih,” sambungnya.

“Saya ingin sembuh, jika tidak sembuh pun, saya ingin hidup yang wajar dan bisa melakukan apa yang baik dan benar bagi Tuhan dan sesama,” katanya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,”Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.”

Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.”

Penderita kusta tak ubahnya mayat hidup. Secara jasmaniah hidup, namun dianggap mati. Lebih tepat, dimatikan masyarakatnya. Bahkan, mereka tidak diizinkan mengikuti ibadah karena dianggap tidak bersih. Dengan kata lain, penderita kusta tak pernah beribadah.

Oleh karena itu, orang yang menemui Yesus bisa dikatakan anomali, kekecualian. Jika para penderita kusta lainnya telah patah arang, tinggal tunggu matinya; dia tak mau diam berpangku tangan. Dia ogah dimatikan oleh situasi dan kondisi masyarakat. Dia ingin hidup. Tak hanya lahir, juga batinnya.

Tanpa mengindahkan aturan, dia mendatangi Yesus. Tindakan yang bukan tanpa risiko. Biasanya orang akan menyingkir bila berpapasan dengan penderita kusta. Dia siap ditolak. Tekadnya satu: hidup lahir batin. Dan dia percaya bahwa Yesus sanggup menolongnya. Hanya persoalannya ada pada mau tidaknya Yesus menyembuhkan dirinya.

Penderita kusta itu tak bertepuk sebelah tangan. Yesus ternyata tidak mengindahkan aturan saat itu. Ia sengaja menjamah penderita kusta itu sembari berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Belas kasihan Yesus lebh besar dari apa pun.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku masih berharap kepada Yesus untuk menyembuhkanku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here