Melawan Arus Kebiasaan

0
427 views
Ilustrasi: Protes janji kampanye. (Ist)

Senin 15 Januari 2024.

  • 1 Sam 15:16-23.
  • Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23.
  • Mark 2:18-22.

ADA kalanya kita mendapati diri kita yang secara terus menerus mempertanyakan situasi tempat di mana kita berada dan berusaha untuk merubah keadaan dengan menghasilkan pemikiran yang tidak terpikirkan oleh orang lain.

Dalam berbagai bidang kehidupan saat ini, dirindukan orang yang punya pemikiran out of the box, berpikir secara berbeda, di luar kebiasaan, ide baru dan kreatif.

Melawan arus ide berarti kita harus punya keberanian untuk berpikir secara berbeda dan mampu menawarkan solusi atau sudut pandang alternatif yang dapat menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi.

“Saat ini banyak orang yang berani melanggar aturan hidup bersama. Seakan itu wajar dan bisa dimaklumi asal banyak orang yang menyetujuinya,” kata seorang bapak.

“Orang tidak malu-malu menampilkan kebohongan dan manipulasi hukum demi ambisi dan keuntungan diri sendiri,” tuturnya.

“Orang yang tidak menyetujui atau menentang dianggap lawan dan dicari cara untuk disingkirkannya,” lanjutnya.

“Situasi yang tidak benar ini, tengah berlangsung hingga kebenaran dikebiri demi nafsu yang tidak bernurani,” tegasnya.

“Tidak semua yang ramai didukung banyak orang itu sebuah kebenaran, karena kadang kebenaran harus berjalan di lorong yang sunyi, sepi,” sambungnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya.”

Tak bisa kita pungkiri bahwa perbandingan satu dengan yang lain masih sering terjadi di mana-mana. Sesuatu yang di luar dari kebiasaan mayoritas dianggap sebagai sesuatu yang kurang baik, sehingga tidak jarang kelompok minoritas banyak mendapat tekanan dan dianggap sebagai kelompok yang aneh yang perlu untuk disingkirkan.

Maka itu, kita harus cerdik dan tulus. Jangan sampai kita memiliki kemauan yang berani tampil beda. Namun karena tekanan kelompok tertentu yang mayoritas, lalu kita diam saja bahkan dengan terpaksa mengikuti arus yang ada.

Memang tidak mudah untuk bisa tetap menampilkan jatidiri serta berbeda, karena arus yang kita hadapi juga sangat deras.

Namun ketika kita mengandalkan Tuhan, Ia akan memberikan kemampuan agar kita bisa tampil beda.

Pemikiran baru bisa kita jalani pada saat kita hidup dalam Roh. Dalam Roh itu kita tidak memuliakan diri tetapi merendahkan diri agar Allah yang memulikan kita. Hidup dalam Roh adalah hidup taat kepada Bapa sebagai Anak Allah.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani melawan arus atau aku hanya mengikuti arus kehidupan ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here