Rabu, 17 Januari 2024
PW St. Antonius, Abas
Bacaan Injil: Mrk 3:1-6
“Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” (Mrk 3:4)
Saudari/a ku ytk.,
DALAM hidup sehari-hari seringkali kita dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah. Pilihan itu bisa membuat orang menjadi dilema, bingung, dan galau.
Bacaan Injil hari ini berbicara tentang belas kasih Tuhan Yesus pada hari Sabat kepada orang yang mati tangan kanannya. Bagi orang Farisi dan ahli Taurat hari Sabat adalah istirahat total dan bekerja pada hari Sabat adalah hal yang tabu. Hukum melarang orang untuk bekerja pada hari sabat.
Menyembuhkan termasuk kategori bekerja dan tabu (dilarang hukum Taurat). Padahal di rumah ibadat itu ada orang yang mati tangan kanannya sudah lama. Lantas apa yang dilakukan Tuhan Yesus? Apakah Tuhan Yesus mengalami andilau (antara dilema dan galau)? Tentu saja tidak.
Tuhan Yesus tergerak hati-Nya saat melihat orang sakit itu. Karena belas kasih-Nya itulah, akhirnya Tuhan Yesus memilih berbuat baik dengan menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya pada hari Sabat.
Tuhan Yesus menegaskan bahwa hari Sabat harus digunakan dengan baik untuk kemuliaan Allah dan keselamatan umat-Nya. Berbuat baik atau berkarya untuk orang yang sedang menderita janganlah dijadikan masalah.
Secara hakiki Tuhan Yesus menggugah hati nurani hukum dan peraturan, untuk melihat lebih pada tujuan tindakan. Sehingga apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan itu bergantung pada tujuan dari tindakan, bukan sekedar aturannya.
Pada hari ini Gereja memperingati Santo Antonius (250-356), pertapa dan Abbas. Sejak umur 20 tahun, ia sudah yatim piatu. Ia memilih menjual harta warisannya untuk dibagikan kepada orang miskin daripada untuk foya-foya. Dia lalu hidup askese, bermatiraga dan bertapa di padang gurun.
Hidup bertapa menghantar Antonius kepada suatu tingkatan hidup rohani yang tinggi dan menjadikan dia seorang pendoa yang ulung. Banyak orang datang kepadanya untuk meminta bimbingan dan nasihatnya dalam menghadapi berbagai masalah hidup. Tiada lelah dia berbuat baik.
Salah satu nasihatnya, “Setan takut pada kita ketika kita berdoa dan bermatiraga. Setan juga takut ketika kita rendah hati dan lemah lembut. Terutama, setan takut pada kita ketika kita sangat mencintai Yesus. Setan lari terbirit-birit ketika kita membuat Tanda Salib.”
Santo Antonius, doakanlah kami agar kami mengutamakan keselamatan jiwa dengan mencintai Yesus dan berbuat kasih pada sesama.
Pertanyaan refleksinya, hari-hari ini perbuatan Anda lebih banyak didorong oleh aturan ataukah belaskasih? Apakah Anda pernah mengalami situasi yang andilau (antara dilema dan galau) dalam hidup ini? Apa yang Anda lakukan jika menghadapi pilihan yang tidak mudah atau membingungkan? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang). # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)