Rabu 17 Januari 2024.
- 1Sam. 17:32-33,37,40-51;
- Mzm. 144:1,2,9-10;
- Mrk. 3:1-6;
KEBAIKAN dan keburukan merupakan dua perilaku yang sangat bertentangan satu sama lain. Dalam kehidupan ini; ada yang dominan kebaikannya ada juga yang dominan keburukannya. Begitu pun kehidupan yang ada di masyarakat. Ada yang baik ada juga yang buruk.
Kita semua di mana pun berada memiliki kesempatan berbuat baik kepada sesama. Untuk melakukan itu tidak selalu membutuhkan biaya. Hanya butuh kebersihan hati dan keikhlasan melakukannya.
Dan pada saat menemukan hambatan dalam melakukan kebaikan, jangan langsung lemah, patah semangat, putus asa, dan menjadi berhenti berbuat baik.
“Sudah saatnya kamu melepaskan anakmu, biar mereka belajar mandiri,” kata seorang ibu menirukan nasihat kakaknya.
“Mereka sudah berumahtangga. Jadi sudah sepantasnya, jika mereka kini bertanggungjawab atas kehidupan mereka,” lanjut adik.
“Saya sudah berusaha melepaskan mereka, namun saya tidak tega melihat cucuku terlantar,” sahut ibu itu.
“Semasih bisa membantu saya akan melakukan apa saja untuk membantu mereka,” lanjutnya.
“Saat ini, kehidupqn saya ini untuk anak dan cucu, sudah cukup saya menyenangkan diri sendiri, kini kesenanganku adalah melihat anak dan cucu senang dan bahagia,” ujarnya lagi.
“Saya berharap bahwa cinta dan kasih sayangku menjadi pupuk yang menyuburkan perjuangan anak-anakku dalam membangun bahtera rumahtangga,” tegasnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: “Mari, berdirilah di tengah!”
Kemudian kata-Nya kepada mereka: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang? Tetapi mereka itu diam saja.”
Tuhan Yesus membawa ahli Taurat dan orang Farisi dalam sebuah dilemma. Memang mereka mengakui bahwa berbuat baik pada hari sabat diperbolehkan, dan Tuhan Yesus saat itu hendak berbuat baik dengan menolong orang yang lumpuh tangannya.
Dan kalau mereka membiarkan seseorang tetap berada dalam keadaan cacat, padahal mereka mampu menolongnya maka hal itu pun adalah jahat.
Iman Kristiani tidak boleh hanya menjadi dogma yang tidak memberikan kontribusi yang baik dan bermanfaat dalam kehidupan pribadi maupun bersama.
Iman semestinya berbuah dalam tindakan sehingga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Marilah kita menjernihkan hati dan pikiran kita. Biarkan segala kebaikan dan kebenaran menguasai hati dan pikiran kita. Dengan demikian, kita akan semakin dituntun menjadi pengikut Yesus yang sepenuh hati..
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku tidak mundur dalam berbuat baik meski ada tantangan?