Siapkah Tinggalkan Zona Nyaman?

0
218 views
Keluar dari zona nyaman

SABDA Tuhan pada hari Minggu III Tahun B ini mengandung banyak pesan yang relevan bagi kehidupan para pengikut Kristus. Menggali bacaan pertama dan injil, orang segera menemukan pesan yang amat kuat, yakni tentang panggilan.

Tuhan mengutus nabi Yunus ke Ninive untuk mengajak mereka bertobat. Tuhan memanggil Yunus menjadi utusan. Tuhan juga memanggil orang Ninive untuk bertobat.

Injil Markus menampilkan Yesus yang memanggil para murid, yakni Simon Petrus dan Andreas, Yakobus dan Yohanes. Keempatnya dipanggil pada saat mereka sedang bekerja sebagai nelayan.

Respon mereka terhadap panggilan Yesus itu singkat, jelas, dan tegas. Mereka meninggalkan perahu, jala, dan pekerjaannya. Lalu mengikuti Yesus. Tanpa mengerti apa yang bakal terjadi dan mengenal orang yang memanggilnya, mereka memutuskan ikut.

Baik orang Ninive maupun para murid pertama itu mengubah hidupnya dengan cepat. Mereka mengarahkan hidup mereka kepada Tuhan. Itulah salah satu arti bertobat.

Sikap dan cara mereka mengambil keputusan mengagumkan. Bukankah orang mengalami bahwa berubah itu tidsk mudah? Halnya menjadi jauh lebih sulit apabila orang sudah terlalu lama berada dalam mentalitas, budaya, dan kebiasaan itu.

Meninggalkan perahu dan jala bagi seorang nelayan berarti kehilangan pekerjaan dan masa depan. Meninggalkan ayah dalam tradisi Yahudi berarti menghentikan tugas mewariskan tradisi. Itulah harga yang mesti dibayar, ketika orang mau menjadi bagian dari Kerajaan Allah dan pengikut Yesus.

Yang lama mesti ditinggalkan, termasuk yang selama ini dianggap memberikan jaminan dan rasa aman. Pertanyaannya, mereka yang mengaku diri pengikut Kristus, siapkah mereka meninggalkan zona nyaman alias “comfort zone“?

Minggu, 21 Januari 2024
Alherwanta O.Carm

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here