MISA dan webinar peringati 25 tahun meninggalnya Romo Mangunwijaya Pr.
25 tahun lalu, 10 Februari 1999, seorang tokoh besar dengan sejumlah predikat pergi meninggalkan kita. Ia adalah Yusuf Bilyarta Mangunwijaya.
Banyak hal bisa dikatakan tentang Romo Mangun: imam Katolik, sastrawan dan budayawan, penikmat dan kritikus sastra, guru dan pendidik, arsitek, aktivis dan pemikir sosial politik, dan teolog.
Sejumlah predikat itu dikukuhkan oleh kenyataan tak terbantahkan bahwa Romo Mangun mengungkapkan pemikiran-pemikiran dan kepeduliannya itu baik dalam bentuk karya tulis maupun dalam bentuk tindakan dan praksis hidup.
Romo Mangun tokoh multidimensional: dari tentara pelajar hingga pastor, dari arsitek hingga novelis, dari dosen hingga pekerja kemanusiaan yang bergumul dengan penderitaan masyarakat bawah.
Ia berperang melawan Belanda, dalam arti yang sesungguhnya. Ia berperang melawan kesewenang-wenangan kekuasaan dengan tulisan tulisannya, dalam arti yang sangat riil. Dan, ia berperang melawan kemiskinan rakyat, juga dalam arti yang paling konkret.
Ia adalah manusia dengan gagasan gagasan besar, ketulusan mendalam seorang pastor, ketajaman dan sarkasme seorang kritikus, tapi juga aplikasi seorang arsitek.
Ketika menjelang pemilu ini, kita lagi berhadapan dengan sejumlah masalah dalam menuju demokrasi yang bermartabat dan tuntutan moral etis yang nampak disepelekan, kita tiba-tiba rindu tokoh seperti Romo Mangun.
Seandainya saja ia masih ada bersama kita. Untuk itu, mari kita mengenang dan menghidupi kembali semangat juang Romo Mangun dalam dua program acara:
- Sabtu 10 Februari 2024: Misa peringatan 25 tahun meninggalnya Romo Mangun. Diadakan di Seminari Tinggi Kentungan besama Uskup Agung KAS: Mgr. Robertus Rubiyatmoko Pr.
- Minggu 11 Februari 2024: Webinar tentang Romo Mangun sebagai guru bangsa dan guru kemanusiaan.
Salam
Panitia Haul Romo Mangun