Membaca kutipan Kitab 1Raja-raja 10: 4-5.
Ketika Ratu Negeri Syeba melihat segala hikmat Salomo dan rumah yang telah didirikannya, makanan di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayannya melayani dan berpakaian, minumannya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah TUHAN, maka tercenganglah ratu itu.
Refleksi
Pelayan-pelayan di rumah Tuhan (sekarang ini Gereja) -terkhusus dalam perayaan ekaristi yaitu misdinar atau putera-puteri altar- sering kali tidak luput dari perhatian umat. Umat mencatat sangat peduli manakala sering terjadi “insiden” di meja altar. Ketika misalnya terjadi misdinar dinilai kurang tanggap. Juga kurang fokus dan sering kali malah terlihat kebingungan saat melayani imam di perayaan ekaristi.
Misdinar akan siap menjadi pelayan-pelayan yang mampu melayani imam dengan baik. Hanya apabila mendapatkan latihan yang memadai. Juga punya sejarah “jam terbang:” tinggi dalam menjalankan tugas putera-puteri altar yang cukup. Selain itu, misdinar diharapan juga mengenal peran serta tugas yang dihayati dalam ekaristi.
Formasi iman bagi anak-anak dan remaja para misdinar menjadi penting. Karena dalam diri para Putera puteri altar ini justru sering kali malah tumbuh benih panggilan untuk menjadi imam, bruder, suster.
Semoga di Tahun Katekese 2024 Keuskupan Agung Semarang (KAS), program pendampingan bagi misdinar semakin meningkat. Juga program pendampingan iman guna menumbuhkan benih panggilan yang subur untuk perkembangan Gereja masa depan.