Tulus Hati dalam Melayani

0
124 views
Melayani Tuhan

Jumat 9 Februari 2024.

  • 1Raj. 11:29-32; 12:19;
  • Mzm. 81:10-11ab,12-13,14-15;
  • Mrk. 7:31-37.

ORANG baik adalah orang yang jujur, suka menolong, dan benar secara moral. Di era seperti sekarang, tidak mudah menemukan orang baik.

Orang yang baik memperlakukan semua orang dengan perhatian dan rasa hormat. Mereka mencoba membantu orang lain dalam masalah mereka dan memiliki empati. Membantu orang lain, kebaikan, dan bersikap baik tanpa keinginan mendapatkan imbalan bagi dirinya sendiri.

Saat ini, orang ingin dinilai baik dengan membagikan bansos untuk mendapatkan perhatian serta mencari suara yang bisa mendukung kuasanya. Orang yang demikian tentu bukanlah orang yang sungguh baik karena tindakannya mempunyai keinginan untuk kepetingan pribadinya.

Kita sangat mudah untuk memercayai orang baik karena mereka tulus dan nyata. Mereka sangat terbuka dalam mengungkapkan karakter dan kepribadian mereka yang membantu orang untuk berhubungan dengan kejujuran mereka.

“Saya lebih baik dibohongi daripada orang yang sungguh membutuhkan tidak terbantu, karena penolakan yang saya berikan,” kata seorang teman.

“Kalau orang sampai berbuat nekat dengan menipuku tentu dia sungguh terpaksa dan tidak menemukan jalan lain yang lebih baik, kecuali menipu,” lanjutnya.

“Dan jika dia menipu pun itu, sudah menghalangi dia untuk bisa dipercaya. Hingga perbuatannya akan menutup kemurahan hati orang lain. Bahkan dia akan malu dengan bayangannya sendiri,” tegasnya.

“Saya hanya ingin, menjadi saluran berkat dan semoga hidupku ini berarti bagi orang lain, khususnya bagi mereka yang membutuhkan pertolonganku,” paparnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,”Mereka takjub dan tercengang dan berkata: “Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.”

Yesus tidak tertarik untuk mencari popularitas bagi diri- Nya. Demikian seharusnya setiap pelayan Tuhan tidak mengejar keuntungan diri. Pelayanan itu sebaiknya bersifat personal karena dalam relasi tersebut ada perhatian dan belas kasih.

Di samping itu, pelayanan juga harus tepat sasaran. Seperti Yesus, bukan hanya iba kepada orang itu, tetapi Ia memberikan yang terbaik, yaitu pendengaran dan kemampuan berbicara, bagi orang tersebut.

Yesus membuat segala-galanya menjadi baik. Semua berjalan dan berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku tulus dalam membantu dan melayani sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here