Yudistira dan Anjingnya

0
51 views
Ilustrasi: Dua anjing setia. (Mathias Hariyadi)

Puncta 29.02.24
Kamis Prapaskah II
Lukas 16: 19-31

SETELAH selesai Perang Bharatayuda, Parikesit menjadi raja di Hastina. Para Pandawa hidup mengembara menjadi pertapa. Mereka berjalan bersama diiringi Drupadi, isterinya dan seekor anjing yang setia.

Drupadi tidak mampu dan kelelahan. Ia meninggal dalam perjalanan. Bima bersedih dan bertanya mengapa Drupadi mati lebih dahulu?

Yudistira menjawab, bahwa Drupadi sebagai isteri Pandawa pernah berlaku tidak adil bagi para suaminya.

Sesudah itu, Sadewa mati. Bima bertanya kenapa Sadewa yang mati? Yudistira menjelaskan bahwa dalam hidupnya Sadewa bersikap sombong.

Kemudian menyusul Nakula juga mati. Yudistira mengatakan bahwa Nakula merasa sebagai manusia paling tampan tiada tandingan.

Lalu Arjuna menyerah pada kematian. Yudistira menjelaskan kepada Bima, bahwa Arjuna senang meremehkan masalah. Arjuna pernah berkata akan mengalahkan musuh dalam sehari, namun ternyata tidak terbukti.

Bima akhirnya juga tidak kuasa menahan maut. Yudistira menjelaskan, karena Bima suka mengandalkan kekuatan, sering berkata kasar dan tidak bisa menghargai orang lain.

Tinggal Yudistira ditemani seekor anjing. Dewa Indra menjemputnya ke nirwana. Tetapi Yudistira tidak mau, kalau tidak bersama anjingnya yang setia. Anjing itu menjelma menjadi Batara Darma.

Dalam hidup ini hanya darmalah yang akan mengiringi kita sampai akhir hayat. Walau kita mati, darma kita akan dikenang selamanya. Darma atau perbuatan baik akan selalu bersama kita.

Sayang sekali, orang kaya dalam Injil itu tidak melakukan darmanya kepada Lazarus yang miskin. Selama hidup ia berpesta pora, padahal di dekatnya ada si miskin Lazarus yang menderita. Ia membiarkan Lazarus mati dalam penderitaannya.

Orang kaya itu juga mati. Lazarus berada di pangkuan Abraham dan orang kaya itu berada dalam nyala api yang menyakitkan.

Abraham mengatakan, “Ingatlah, anakku, engkau telah menerima segala yang baik selama hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.”

Berbuat baik atau melakukan darma itulah yang akan menentukan kehidupan kekal kita. Seperti Yudistira yang selalu berbuat darma dibawa ke nirwana, kita pun akan mengalami kebahagiaan surga jika selama di dunia berbuat baik dan adil bagi sesama yang menderita. Mari kita terus melakukan darma.

Harga beras, cabai, daging melambung tinggi,
Tapi ada pula yang turun drastis yaitu harga diri.
Bukan harta atau keelokan yang dibawa mati,
Tetapi kebaikan dan darma yang akan menemani.

Cawas, menabung kebaikan….
Rm. A. Joko Purwanto Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here