Penggarap Kebun Anggur yang Bertanggungjawab

0
59 views
Penggarap Baru untuk Kebun Anggur-Nya: Pekerja kebun anggur membunuh anak sang majikan, by Catholic Exchange

Jumat, 1 Maret 2024

  • Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28;
  • Mzm. 105:16-17,18-19,20-21;
  • Mat. 21:33-43,45-46.

ADA sebuah cerita yang menggambarkan betapa bahayanya manusia jika tidak bisa mengendalikan diri.

“Bila seekor harimau dimasukkan ke dalam kandang kambing, yang akan dimakan harimau hanya seekor atau dua ekor kambing. Setelah itu harimau pergi. Tetapi, jika manusia yang dimasukkan, jangankan satu kandang, berpuluh-puluh dan beratus-ratus kandang, bahkan dengan kandang-kandangnya akan habis oleh manusia.”

Dalam mengarungi hidup dan kehidupan di dunia ini, manusia yang tidak bisa mengendalikan nafsu serakahnya, tidak akan pernah puas dan tidak akan pernah merasa cukup terhadap kebutuhan. Manusia semacam ini akan menjadi ancaman keadilan dan kebenaran karena mereka akan menggunakan segalanya untuk mencapai apa yang dia inginkan.

Mereka akan selalu kurang; sudah dapat satu ingin dua, dapat dua ingin tiga. Ingin mendapatkan lebih banyak namun tetap tidak akan mampu memenuhi nafsunya

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani.

Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita.

Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya.”

Para penggarap kebun anggur menjadi rakus dan tamak hingga sikapnya begis, egois. Harapan-harapan sang tuan tanah pemilik kebun anggur hancur karena kebun anggur miliknya itu dikuasai oleh para penggarap yang bersikap memusuhi.

Perumpamaan tentang penggarap kebun aggur ini juga memperingatkan kita untuk tidak menganggap remeh semua kepercayaan Allah yang telah diberikan kepada kita.

Dunia kita, hidup kita, keselamatan kita, semuanya adalah anugerah, semua anugerah dari Tuhan. Namun kita kadang-kadang tergoda untuk berpikir bahwa kita dapat menyimpan hasil kebun anggur Tuhan untuk diri kita sendiri.

Kita bekerja keras, mencari penghidupan dan menafkahi diri kita sendiri serta keluarga kita, dan kita sering lupa bahwa segala sesuatu yang kita miliki bukanlah milik kita, melainkan milik Tuhan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa dipercaya Tuhan untuk menjadi penggarap kebun anggur-Nya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here