Kasih yang Tiada Batas

0
50 views
Belas kasih.

Puncta 02.03.24
Sabtu Prapaskah II
Lukas 15: 1-3. 11-33

HARTA warisan bisa membuat hubungan anak dan orangtua atau anak dengan saudara-saudara sekandung menjadi rusak. Tidak jarang pembagian warisan bikin renggang dan terputus hubungan silaturahmi antar keluarga.

Apalagi kalau ada salah satu anak yang mendesak orangtuanya agar segera membagi warisan. Minta warisan, ketika orangtua masih hidup pasti akan terjadi masalah.

Dianggap tidak sopan, tak tahu diri, kurang ajar, anak durhaka dan jahat, jika anak minta warisan saat orangtuanya masih ada. Dengan kata lain, anak itu mengharap orangtuanya cepat mati.

Dengan berkisah tentang perumpamaan anak durhaka yang meminta harta warisan, Yesus mau menggambarkan kebaikan dan belaskasih Allah sebagai Bapa yang tanpa batas.

Allah sebagai Bapa selalu menghargai, mengasihi, memberi yang terbaik dan mengampuni anak-anak-Nya.

Anak bungsu itu mendesak ayahnya membagi harta warisan yang jadi haknya. Ayahnya dengan sabar dan ikhlas memberikan haknya. Ia lalu pergi ke kota untuk berfoya-foya menghabiskan harta warisannya.

Hidup tanpa kendali membuatnya terpuruk dan jatuh ke dasar paling dalam. Sampai dia harus makan dari ampas makanan babi milik tuannya.

Dalam keterpurukan itu tersadarlah dia akan kedosaannya. Ia ingin kembali kepada ayahnya.

Ayah yang baik hati itu, tidak hanya duduk di kursinya saat melihat dari jauh anaknya datang. Ia berdiri, berlari menjemput anaknya. Ia merangkul dan menciumi anaknya.

Bahkan ayah itu memberikan pakaian indah dan mengajak pesta semua orang. Ia melupakan masa lalu anaknya jahat. Yang ada hanya senang anaknya kembali.

Anak hilang ini jadi gambaran para pelacur, pemungut cukai, para pendosa dan mereka yang sakit dan cacat. Yesus bergaul akrab dengan kaum tersingkir dan para pendosa sebagai wujud kasih Allah yang mengampuni.

Anak sulung merasa irihati melihat ayahnya menerima anak durhaka yang telah menghambur-hamburkan harta warisan dan sekarang disambut dengan pesta besar. Ia “ngambek” merajuk tidak mau masuk ke rumah.

Lagi-lagi ayah bertindak bijaksana. Ayahnya berinisiatif keluar menjumpai anaknya. Si sulung ini tinggal di rumah sendiri tetapi sikap dan mentalnya seperti budak atau hamba. Ia menuntut balas jasa kepada ayahnya. Ia merasa dibedakan. Inilah kaum Farisi dan ahli-ahli kitab.

Sekali lagi ayahnya dengan sabar turun dari tahtanya dan keluar menjumpai anaknya. Yesus menjelaskan sikap Allah yang ambil inisiatif pertama untuk mengasihi dan mengampuni anak-anaknya.

Hati Allah selalu terbuka dan menerima siapa pun yang datang kepada-Nya. Kasih Allah dicurahkan kepada siapa pun tanpa memandang dosa dan masa lalunya. Allah hanya ingin kita bahagia. Kesukaan Allah adalah manusia yang bahagia.

Mengasihi, mengasihi lebih sungguh.
Mengasihi, mengasihi lebih sungguh.
Tuhan lebih dulu mengasihi kepadaku,
Mengasihi, mengasihi lebih sungguh.

Cawas, syukur atas kasih Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here