Kepalsuan dan Kesombongan

0
28 views

Bacaan 1: Hos 6:1-6
Injil: Luk. 18:9-14

Dalam debat “Pemilihan Presiden” lalu terjadi adu argumentasi seru. Bahkan dua pasangan calon muda berkolaborasi “menyerang” salah satu pasangan calon yang sudah senior dan sepuh secara tidak sopan (jika tidak mau dikatakan brutal).

Mereka terlihat sok pintar dan sombong sedangkan yang diserang hanya diam saja, tidak peduli.

Ternyata tanggapan pemirsa yang melihat acara itu, diluar dugaan. Banyak orang bersimpati pada pasangan calon senior yang mendapat “serangan” tersebut. Setiap individu tentu memiliki berbagai sifat dan perilaku yang unik.

Orang sok pintar dan sombong perlu dibantu disadarkan dan dinasihati. Meski kadang mereka keras kepala dan tidak mau mendengarkan.

Nabi Hosea menyindir bangsanya Israel yang tegar tengkuk, penuh kepalsuan dan sombong. Seolah-olah mau bertobat dan beribadah berseru pada Allah namun tidak tidak tulus dilakukan.

“Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.”

Kasihnya palsu dan cepat berlalu seperti embun pagi, hanya nongol sebentar lalu hilang disapu sinar matahari. Tanda bahwa mereka sebenarnya tidak mengenal Allah dengan benar.

Tuhan tidak membutuhkan ibadahmu jika tanpa disertai kasih yang tulus.

“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.”

Pada zaman Yesus, sikap bangsa Israel kuno tadi tercermin pada diri orang Farisi yang sedang berdoa di Bait Allah. Berlaku seperti orang saleh, duduk dijajaran paling depan dan merasa sebagai orang yang terberkati. Penuh kepalsuan dan sombong.

Berbanding terbalik dengan seorang pemungut cukai yang pada saat bersamaan juga berdoa dalam Bait Allah. Ia memilih duduk di barisan paling belakang bahkan untuk sekedar menengadahkan muka saja ia tidak berani.

Sebagai pemungut cukai, ia distempel sebagai pendosa sehingga merasa tidak pantas berdoa di Bait Allah. Ia hanya menyandarkan pada belas kasih Allah saja.

Menurut Tuhan Yesus, sikap pemungut cukai itu lebih disukai Allah:

“Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak.

Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Pesan hari ini

Mari mengenal Allah secara benar, apa yang sebenarnya Ia sukai darimu.

Dia Allah yang penuh kasih, tidak suka kepalsuan dan kesombonganmu.

“Kata-kata yang keluar dari mulutmu layaknya parfum isi ulang. Wangi, tapi sayangnya palsu.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here