Percaya pada Allah dalam Segala Situasi

0
352 views
Ilustrasi - Sakit dan mendapat pertolongan. (Ist)

Selasa, 26 Maret 2024

  • Yes 49:1-6;
  • Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15.17;
  • Yoh 13:21-33.36-38.

KITA semua pernah mengalami kebahagiaan dan kesedihan dalam perjalanan kehidupan di dunia ini. Pengalaman kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti menghampiri diri kita.

Kehidupan tidak selalu tentang perjalanan yang membuat hati bahagia tapi juga tentang perjalanan yang membuat hati bersedih dan harus ada tetes air mata jatuh melintasi pipi.

Pengalaman suka dan duka merupakan bagian dalam kehidupan di dunia ini. Suka dan duka selalu silih berganti datang dan pergi dalam kehidupan kita. Namun Tuhan tidak pernah datang dan pergi.

Rasa syukur kita tidak tergantung atau dkendalikan oleh suka dan duka kehidupan yang tidak pernah abadi tetapi karena Dia selalu ada untuk kita. Oleh karena itu, jauh lebih penting adalah Tuhan yang selalu ada beserta kita dan kita diundang menjalani hubungan dengan-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

“Saya tidak habis mengerti bagaimana perusahaan memutuskan hubungan kerja denganku,” kata seorang bapak. “Padahal saat-saat sulit perusahaan ini khususnya waktu covid, saya orang yang banyak berkorban bagi perusahaan ini. Bukan hanya saya rela dipotong gaji saya namun saya juga siap lembur tanpa dibayar dengan pikiran pengorbanan saya itu bisa mendukung perusahaan.

Setelah melewati krisis dan perusahaan mulai bisa tumbuh dengan baik, saya malah menjadi korban kebijaksanaan efisiensi perusahaan. Pemutusan hubungan kerja itu berdasar tahun bekerja dan usia karyawan, kebijaksanaan itu berdampak padaku karena usiaku saat ini.

Saya kecewa namun saya harus menerima dan mencari jalan kehidupan yang baru, saya percaya dengan pengalaman dan ketrampilan yang saya miliki saya bisa akan bisa berbuat sesuatu bagi hidupku dan keluargaku,” paparnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Maka Yesus berkata kepadanya: Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”

Ketakutan adalah penjara yang dibangun oleh diri kita sendiri. Penjara itu menghalangi kehendak Allah yang datang kepada kita. Jika seseorang sedang mengalami penderitaan, ia tidak tumbuh, melainkan takut terhadap apa yang sedang dialaminya atau bagaimana kemuliaan Allah akan dinyatakan.

Yesus juga mengalami perjalanan hidup yang penuh kesedihan dan ketakutan. Ia menerima penderitaan dan kematian-Nya sebagai bagian dari pola perubahan hidup-Nya. Pengikut-Nya pun akan mengalami hal yang sama.

Kita juga akan ditimpa kesusahan, kesedihan, frustasi, dan penderitaan lain. Ini menjadi bagian dari pertumbuhan kita. Kalau kita menjadi orang seperti yang dimaksud Tuhan, itu berarti kita sudah menunjukkan kemuliaan atau kebaikan Allah.

Memercayakan pada kehendak Allah akan apa yang terjadi dalam kehidupan kita merupakan iman yang akan membantu kita untuk bersyukur. Kepercayaan ini akan tumbuh ketika kita datang mendekat kepada Tuhan dalam duka yang kita alami Semakin kita dekat dengan-Nya, semakin dekat Dia dengan kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa mempercayakan segala yang terjadi Dalam kehidupanku kepada Allah semata?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here