Kematian, Keheningan, dan Damai

0
144 views
Ilustrasi: Saat divonis mati oleh dokter.

PADA saat upacara bendera, ada saat hening. Keheningan itu dimaksudkan untuk mengenang para pahlawan yang telah gugur. Selama hening itu ada yang merasa tenang dan damai, ada pula yang gelisah.

Apakah hubungan antara keheningan dan kematian?

Gereja juga berada dalam keheningan setelah merayakan Jumat Agung yang berpuncak pada wafat Yesus. Pada hari Sabtu Sepi atau Sabtu Sunyi, Gereja berada dalam keheningan kubur Yesus. Damai.

Kendati sepanjang hari tidak ada kegiatan liturgi, keheningan Sabtu Sepi bersifat aktif. Bukan tenggelam dalam kesibukan, tetapi secara meditatif merenungkan wafat Tuhan.

Kematian itu bisa berarti berhenti. Berakhir. Yesus memang wafat. Namun tidak tamat. Kebangkitan akan segera menyusul. Wafat-Nya menjadi sumber kehidupan dan damai. Untuk merenungkan misteri agung ini orang membutuhkan keheningan untuk merenung.

Keheningan Sabtu Sepi tidak diwarnai kalah dan putus asa. Sebaliknya, di sana daya kekuatan harapan yang menyelamatkan seluruh dunia.

Sabtu Sepi menjadi kesempatan untuk tinggal dalam damai bersama Yesus. Orang memohon, “Penuhi kami, ya Tuhan dengan damai-Mu.”

Akhirnya, Sabtu Sepi merupakan saat tepat untuk mempersiapkan perayaan paskah, hari kebangkitan Tuhan yang penuh kemenangan, kegembiraan, dan damai.

Keheningan Sabtu Sepi mengandung daya besar untuk memandang ke depan dengan penuh harapan; bukan menoleh ke belakang dalam duka dan rasa putus asa. Marilah mengisi hari ini dengan keheningan dan damai.

Sabtu, 30 Maret 2024
Albherwanta, O.Carm

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here