ADA beberapa bahan masakan atau sayuran yang sebenarnya sehat atau amat sehat. Sayangnya oleh orang sekarang sering sudah ditinggalkan. Seperti misalnya daun kelor, daun singkong, pucuk daun waloh atau jipang, kenikir, bluntas, lembayung, pegagan, terong ungu, kubis ungu, lobak, dll.
Bahkan santan kelapa, yang amat sehat itu pun juga tidak lagi diminati. Diganti santan fabrikan. Tetapi di Taman Asih Anak -taman, tempat, kami mengasuh dan mengasihi anak yang melalui orangtua dipercayakan, dititipkan Tuhan pada kami- anak-anak justru kami biasakan untuk makan sayuran sehat tersebut.
Walau anak-anak pasti doyan, tetapi kami tidak memasak mie; kecuali kalau lagi masak bakso. Ada sedikit mie di menunya. Sebagai gantinya, kadang kami memasak spagetti. Itu pun sausnya harus kami buat sendiri.
Sesekali kami juga memberi nuget sebagai lauk sayur, bukan lauk nasi. Tetapi itu pun harus nuget buatan kami sendiri, sehingga daging ayamnya kami pilih sendiri dan nugetnya segar. Karena membuat nuget itu sebenarnya mudah. Dan anak-anak dapat dilibatkan. Mereka akan berebutan ikut membuatnya. Dan bangga ketika menyantapnya.
Dalam merespon makanan pun setiap anak berbeda. Tergantung pada kebiasaan makan yang dipunyai anak sejak MPASI. Sebab MPASI yang benar itu sesungguhnya dimaksudkan untuk mengenalkan dan membiasakan anak makan yang benar dan sehat. Bukan untuk mengenyangkan perut anak. Untuk itu anak akan belajar mengunyah demi mengaktifkan syaraf-syaraf pertumbuhan anak.
Membangun kebiasaan anak mau makan sehat
Bagaimana membangun kebiasaan anak makan masakan sehat? Sebetulnya sederhana. Kuncinya, ialah kita ikut makan bersama anak. Kita makan masakan yang dimakan anak. Anak-anak kami di Taman Asih sudah biasa makan dengan sayur daun kelor, daun singkong (tahun), buncis, kacang panjang, apalagi sayur kangkung dan bayam. Tiada hari tanpa sayur.
Mereka biasa juga makan nasi urap (gudangan). Untuk variasi, kadang kami memasak nasi tumpeng, nasi liwet, atau nasi kuning. Mereka juga senang makan nasi biru, karena dimasak dengan air bunga telang. Atau nasi merah yang dimasak dengan air buah naga.
Semua kami masak sendiri.
Bonus dari masak sendiri adalah anak-anak bisa ikut menyiapkan masakannya. Misalnya dengan petik-petik daun, dengan uleg-uleg, mengaduk adonan bahan snack atau potong2 sayur. Semua itu dapat melatih motorik anak. Kalau anak motoriknya bagus, nantinya anak akan lancar dalam latihan mandiri.
Latihan pegang botol minum, pegang gelas, pegang sendok garpu, pegang pensil, semuanya mengandaikan motorik anak berjalan bagus. Jika tidak, nanti ketika anak mesti sendiri mengenakan dan melepaskan celana, sesudah berhenti pakai pampers, anak akan kesulitan. Membuka dan melepas kancing baju akan dilakukan anak dengan mudah, kalau motorik anak sudah bagus.
Begitulah kami membangun kebiasaan hidup sehat dan mandiri pada anak-anak yang dititipkan Tuhan pada kami. Dititipi anak oleh Tuhan, itu artinya kita dipilih dan dipercaya Tuhan.
Sejatinya, anakmu itu anak Tuhan. Bantu dia menjadi seperti Tuhan maui. Jadilah orang kepercayaan Tuhan dengan memberi masakan sehat pada anakmu. Memberi makanan sehat pada anak adalah investasi untuk kesehatan jiwa raganya.
Sehat adalah berkat tak terlihat.
Jika Anda berkenan dengan tulisan ini, dan ingin membagikannya, monggo silakan. Terimakasih.
Jika Anda berkenan dan tergerak hati untuk menanggapi goresan ini, kami terima dengan senang hati. Terimakasih sebelumnya.
YR Widadaprayitna
H 240505 AA
Baca juga: Mutiara Keluarga: Memilih pengawet (2)